PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Belajar adalah proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung
secara sengaja. Kesengajaan tercermin dari adanya faktor kesiapan, motivasi,
dan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa prinsip umum tentang belajar, yakni :
1. Proses belajar
adalah kompleks namun terorganisasi
2. Motivasi sangat
penting dalam belajar
3. Belajar berlangsung
dari yang sederhana meningkat kepada yang kompleks
4. Belajar melibatkan
proses perbedaan dan penggeneralisasian berbagai proses
Mengajar merupakan upaya yang disengaja
dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar
sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Dalam prosesnya aktivitas yang menonjol
dalam pengajaran ada pada siswa. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi,
tetapi bertindak sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses
belajar. Beberapa prinsip umum tentang mengajar, yakni :
1.
Mengajar harus berdasarkan pengalaman
yang sudah dimiliki siswa
2.
Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan
harus bersifat praktis
3.
Mengajar harus memperhatikan perbedaan
individual setiap siswa
4.
Kesiapan dalam belajar sangat penting
dijadikan landasan dalam mengajar
5.
Tujuan pengajaran harus diketahui siswa
6.
Mengajar harus mengikuti rpinsip
psikologis tentang belajar
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah penyusunana
makalah ini meliputi :
1. Apa saja yang
menjadi factor belajar
2. Mensiasati siswa
yang malas belajar
3. Meprehatikan hal-hal
yang berkaitan dengan belajar
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun
tiada lain adalah untuk memenuhi salah satu tugas kelompok 8 yang di berikan
oleh dosen mata kuliah manajemen pengelolaan kelas semester 6 di sekolah tinggi
ilmu tarbiyah alkhairiyah cilegon, selain itu juga sengaja kami susun materi
yang berkaitan dengan factor-faktor yang mempengaruhi belajar di kelas karena
banyak ditemukan para siswa yang kehilangan motifasi dalam belajar karena
factor-faktor yang seharusnya ada dalam belajar kurang di perhatikan, oleh
karena itu disini banyak sekali kami sajikan berbagai factor yang mempengaruhi
belajar siswa semoga dapat di jadikan bahan bacaan dan menambah hazanah
pengetahuan bagi kita semua.
D. SISTEMATIKA
PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini
adalah
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Meliputi : Latar
Belakang Masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan sistematika penulisan
BAB II Meliputi :
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar meliputi: factor
endogen/internal dan factor eksogen/eksternal, Faktor-faktor stimuli
belajar Faktor-faktor metode belajar, dan Faktor-faktor individual
BAB III PENUTUP, Meliputi: kesimpulan dan saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR DIKELAS
A. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Belajar
Pendekatan
belajar dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta methode belajar
termasuk faktor-faktor yang turut mentukan tingkat efisiensi dan keberhasilan
belajar siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta
(Kognitif) yang lebih tinggi dari pada teman-temannya, ternyata hanya mampu
mencapai hasil yang sama dengan teman-temannya itu. Bahkan bukan hal yang
mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi
sampai ke titik yang lebih rendah dari pada prestasi teman-temannya yang
berkapasitas rata-rata. Dalam hal ini kita akan mempelajari bersama faktor
apakah / faktor apa sajakah yang bisa mempengaruhi belajar siswa di dalam
kelas.
Secara global,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3
macam, yakni :
1. Faktor
Internal (Faktor dari dalam siswa/endogen), adalah factor-faktor yang berasal
dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu, yakni
keadaan / kondisi jasmani dan rohani siswa.
Faktor yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri, yakni :
a.
Aspek fisiologis
(Yang bersifat jasmaniah)
Kondisi
umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebigaran
organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, untuk mempertahankan tonus jasmani
agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk beristirahat cukup dan olahraga
teratur, hal ini penting sebab kesalahan pola makan dan minum serta istirahat
cukup akan menimbulkan reaksi tonus yang negative dan merugikan semangat mental
siswa itu sendiri.
Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indra pendengar dan indra
penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Daya pendengar dan penglihatan
siswa yang rendah akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item
informasi yang bersifat echoic dan iconic (gema dan citra0. Selain itu
terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.
Untuk
mengatasi kemungkinan masalah mata dan
telinga, sebagai guru professional, kita bisa menempatkannya dideretan bangku
terdepan secara bijaksana tanpa harus member tahu alasannya. Langkah bijaksana
ini perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self condence
siswa-siswa khusus tersebut. Kemerosotan self-esteem dan self-confidence
seorang siswa akan menimbulka frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat
siswa tersebut akan menjadi under achiever atau mungkin gagal, meskupun
kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi dari pada teman-temannya.
b.
Aspek Psikologis
( yang bersifat rohaniah)
Banyak
factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah
siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1). Tingkat kecerdasan / intelegensi siswa; 2). Sikap siswa; 3). Bakat siswa;
4). Minat siswa; 5). Motivasi siswa.
-
Intelegensi
siswa
Intelegensi siswa pada
umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara tepat. (Reber, 1988).
Tingkat
kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat
menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. SEmakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk sukses, begitu
pula sebaliknya.
Selanjutnya,
diantara siswa yang mayoritas berintelegensi normal itu, mungkin dapat satu
atau dua orang yang tergolong gifted child atau talented child, yaitu anak yang
sangat cerdasdan anak yang sangat berbakat, disampig itu mungkin ada juga siswa
yang kecerdasannya dibawah rata-rata.
Setiap
calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan
intelegensi siwa, baik yang positif seperti superior maupun yang
negative seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar
siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang cerdas sekali merasa tidak
mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan
terlalu mudah baginya. Disisi lain, siswa yang bodoh (kurang mampu) akan merasa
sangat payah mengikuti sajian pelajaran karena sangat sulit baginya. Karenanya
keadaan kedua siswa itu sangat tertekan dan akhirnya merasa bosan dan frustasi
seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif tadi.
Untuk
menolong siswa yang berbakat sebaiknya menaikkan kelasnya setingkat lebih
tinggi dari pada kelasnya, dan apabila dikelas barunya dia masih merasa terlalu
mudah dapat dinaikan ke kelas yang yang tingkatnya lebih tinggi, sampai ia
menemui tingkat kesullitan mat apelajarannya sesuai tingkat intelegensinya.
Apabila cara tersebut sulit ditempuh, alternative lain dapat diambil, misalnya
dengan cara menyerahkan siswa tersebut kepada kepada lembaga pendidikan khusus
untuk pola siswa berbakat. Sementara itu untuk menolong siswa yang kecerdasanya
dibawah normal, maka tidak bisa dilakukan turun kelas, karena dengan itu
menimbulkan masalah baru yang bersifat psiko-fisik yang tidak hanya mengganggu
dirinya saja, akan tetapi juga mengganggu adik-adik kelasnya, adapun tindakan
yang lebih bijaksana yaitu dengan cara memindahkannya kesekolah / lembaga
pendidikan khusus untuk anak-anak penyandang “kelemahan IQ”
-
Sikap siswa
Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecendrungan untuk
mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative terhadap
objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap
attitude siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang
disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya, jika sifat negative siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang
disajikan, terlebih jika diiringi rasa kebencian dapat menimbulkan kesulitan
belajar siswa tersebut.
Untuk
mengantisipasi kemungkunan munculnya sikap negative siswa seperti diatas, guru
dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya
sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi vaknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata
pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senantiasa menghargai dan
mencintai profesinya. Guru yang demikian bukan saja dapat menguasai bahan mata
pelajarannya akan tetapi dapat pula meyakinkan pada siswanya seberapa penting
pelajaran tersebut bagi kehidipan mereka dengan begitu siswa akan merasa butuh
akan penting dan manfaat dari pelajaran tersebut, dengan kebutuhan itu itu
diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang study tersebut sekaligus terhadap
guru yang mengajarkannya.
-
Bakat Siswa
Secara
umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Chaplin, 1972; Reber,1988).
Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memilki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu sama / mirip dengan
intelegensi. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakuka tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada
upaya pendidikan dan latihan.
Sehubungan
dengan hal itu bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang study tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana
apabila apabila orang tua memaksakan kehendak untuk menyekolahkan anaknya pada
jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki
anaknya. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran
siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu
yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja
akademik atau prestasi belajarnya.
- Minat
siswa
Secara
sederhana minat (Interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. (Reber, 1988), Minat termasuk istilah
populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada factor-faktor
internal lainnya, seperti: Pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan
kebutuhan.
Namun
terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan
dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa dalam bidang-bidang study tertentu.
-
Motivasi siswa
Pengertian
dasar motivasi adalah keadaan internal organism baik manusia atau pun hewan
yang mendoronya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986;
Reber, 1988). Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi
2 macam, yaitu:
1) motivasi intrinsic,
Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendoronya melakukan tindakan
belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan menyenangi
materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa
depan siswa yang bersangkutan.
2)
Motivasi ekstrinsik.
Adapun motivasi
ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang
juga mendoronya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan
atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan sebagainya
merupakan contoh kongkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk
belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun
eksternal akan menyebabkan kurang bersemangat siswa dalam melakukan proses
pembelajaran materi-materi pelajaran baik disekoah maupun dirumah.
2. Faktor
eksternal ( Faktor dari luar siswa), Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen,
factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam
hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa
faktor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan
nonsosial.
a.
Lingkungan Non
Sosial
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah
tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca
dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan siswa. Rumah yang sempit dan berantakan serta
perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan
remaja ( seperti lapangan voly) misalnya, akan mendorong siswa untuk
berkeliaran ketempat-tempat yang sebenarnya tak pantas dikunjungi. Kondisi
rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan
belajar siswa.
Khusus
mengenai waktu yang disenangi untuk belajar, seperti pagi atau sore hari,
seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi
lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun menurut
penelitian beberapa ahli learning style, hasil belajar itu tidak tergantung
pada waktu secara mutlak, tapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan
kesiap siagaan siswa (Dunn et al, 1986).
Menurut
hasil penelitian disebuah universitas di Australia selatan, tidak ada perbedaan
yang berarti antara hasil belajar membaca pada pagi hari dan hasil membaca pada
sore hari bahkan mereka yang lebih senang belajar pada pagi hari dan dites pada
sore hari, hasilnya tetap baik. Sebaliknya, adapula diantara mereka yang lebih
suka belajar pada sore hari dan dites pada saat yang sama, Namun hasilnya tidak
memuaska. (Syah, 1990). Dengan demikian waktu yang digunakan siswa untuk
belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa, tak perlu di hiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar
melinkan kesiapan system memori siswa dalam menyerap, mengelolah, dan menyimpan
item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut. Selain
Faktor-faktor yang telah di
sebutkan di atas beberapa hal yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a.
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap,
suasana yang sejuk dan tenang.
b.
Factor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar,
lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.
Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar
guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru
dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka
guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
1) Faktor
pendekatan Belajar
Pendekatan
belajar seperti yang telah diuraikan secara panjang lebar pada sub bab
sebelumnya, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efesiensi preses pembelajaran materi
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang
direkayasa sedemikian rupa untuk memcahkan masalah atau mencapai tujuan
tertentu. (Lowson, 1991)
Disamping
factor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana diaparkan dimuka, factor
belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa
tersebut. Seorang siswa yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang
untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa ang menggunakan pendekatan
belajar surface atau reproductive.
b.
Lingkungan social
Meliputi lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah seperti para guru,
staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar
seorang siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan social siswa adalah
masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat disekitar
kumuh (Slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran misalnya
akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Lingkungan
social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
keluarga dan demografi keluarga (Letak rumah), semua memberikan dampak baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa.
Misalnya kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan
dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar
melainkan ia cendrung berprilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang
berat seperti anti social (Patterson x Loeber, 1984).
Menurut Wasty Soemanto (2003:113)
dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar namun dari sekian
banyaknya factor yang mempengaruhi belajar, hanya dapat digolongkan menjadi
tiga macam yaitu:
1.
Faktor-faktor
stimuli belajar : Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang
merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar,
misalnya panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya
bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.
2.
Faktor-faktor
metode belajar : Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi
metode belajar yang dipakai oleh si pelajar maka metode yang dipakai oleh guru
menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang
kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau menginggat, pengenalan tentang
hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.
3.
Faktor-faktor
individual : Faktor-faktor individual juga sangat besar penggaruhnya terhadap
belajar seseorang, misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan jenis
kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi, kondisi kesehatan.
c. Faktor
pendekatan belajar (Approach to learning).
Yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan methode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
materi-materi pelajaran.[1]
d.
Sumber
Daya Kelas
Dilihat
dari sudut pandang konseptual atau realitas yang dapat di observasi secara
nyata, proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu manusia,
prosedur atau system, materi, peralatan dan lingkungan. Faktor manusia antara
lain guru, kepala sekolah, siswa, tenaga tata laksana, bahkan masyarakat.
Prosedur dan system misalnya dalam konteks pembelajaran mencakup persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Materi mencakup sumber dan bahan
ajar, baik yang utama maupun persyaratannya.
Peralatan mencakup media pembelajaran,
baik perangkat keras maupun perangkat lunak, yang sudah tersedia maupun yang
mungkin diakses atau yang disediakan. Lingkungan mencakup lingkungan kelas,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan fisikal.
Kemampuan
bidang manajemen kelas menjadi prasyarat bagi guru untuk tampil optimal
dikelas. Merujuk pada berbagai sumber daya kelas seperti telah disebutkan
diatas, adalah manajemen kelas yang efektif menuntut partisipasi semua pihak
yang ada disekolah, seperti kepala sekolah, wali kelas, sejawat, laboran,
tenaga tata usaha, teknisi sumber belajar dan sebagainya.[2]
Sehubungan
dengan factor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, adapula factor yang
mempengaruhi dalam manajemen suatu kelas. Berhasilnya manajemen kelas dalam
memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
banyak dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor-faktor tersebut melekat pada
kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh factor non fisik
(sosio- emosional) yang melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas
yang baik, dan beberapa factor yang mempengaruhi antara lain :
1. Kondisi
Fisik
Lingkungan
fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memnuhi syarat minimal mendukung,
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif
terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
a. Ruangan
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b. Pengaturn
tempat duduk
c. Fentilasi
dan pengaturan cahaya
d. Pengaturan
penyimpanan barang-barang.
Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar
adalah kebersihan dan kerapihan. Seyogyanya guru dan siswa turut aktif dalam
membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.
2. Kondisi
Sosio – Emosional
Kondisi sosio –
Emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar mengajar, kegairahan siswa dan
efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut
meliputi:
a. Tipe
kepemimpinan
b. Sikap
guru
c. Suara
Guru
d. Pembinaan
hubungan baik (raport)
3.
Kondisi
Organisasional
Kegiatan
rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat
sekolah akan mencxegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang
telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara
terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri
setiap siswa kebiasaan yang baik. Disamping itu, mereka akan terbiasa
bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang
bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut antara lain:
a.
Pergantian
pelajaran
b.
Guru berhalangan
hadir
c.
Masalah antar
siswa
d.
Upacara bendera
e.
Kegiatan lain[3]
e.
Pembelajaran
yang menyenangkan
“Ukuran
kecerdasan bukan terletak pada kebiasan memakai alat-alat lama, tetapi terletak
pada kemampuan untuk berubah” (Albert Einstein)
Bagaimana
melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan?
Jika disebut
kata belajar, kesan umum yang berkembang adalah aktifitas yang serius, tegang
dan menjenuhkan. Padahal belajar tak harus dilakukan dengan cara semacam itu.
Akabit konsepsi belajar semacam ini, Para siswa dan juga masyarakat secara
umum, cendrung menjadi tertekan dan kurang memiliki semangat untuk belajar.
Kegiatan belajar seolah menjadi sesuatu yang menyiksa dan harus dihindari. Jika
asiswa yang rajin belajar, orang biasanya akan menentukan predikat tertentu, seperti siswa yang serius, kurang
gaul, atau hanya siswa tertentu saja yang mamilik semangat semacam ini.
Salah satu usaha
penting yang dialakukan untuk membangkutkan semangat belajar adalah mendisain pembelajaran
dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan berusaha untuk
membangun konsepsi baru bahwa belajar bukanlah yang sebagaimana selama ini
dibayangkan. Menurut Hernowo (2005) Dengan mengutip pendapat dave Meier,
menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti
menciptakan suasana rebut dan hura-hura.
Dari rumusan
Meier ini, ada beberapa komponen pembangun susasana pembelajaran yang
menyenangkan. Pertama, bangkitnya minat. Kedua, adanya keterlibatan penuh si
pembelajar dalam mempelajari sesuatu. Ketiga, ihwal terciptanya makna. Keempat,
ihwal pemahaman atas materi yang dipelajari. Kelima, tentang nilai yang
membahagiakan.
Kelima komponen
ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.Kebermaknaan yang menjadi
komponen ketiga dalam honteks membangun suasana gembira, misalnya, sangat
berkaitan dengan nilai kebahagiaan. Kebermaknaan dalam pembelajaran akan membuahkan kebahagiaan bagi para
pembelajar. Pembelajaran yang menyenangkan akan memiliki hasil yang berbeda
dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan penuh keterpaksaan, tertekan dan
terancam. Pembelajaran yang menyenangkan akan mampu membawa perubahan terhadap
diri pembelajar.
Konsep
pembelajaran yang menyenangkan memperoleh formula yang lebih operasional
ditangan Colin Rose dan Malcom J. Nichols. Pembelajaran yang menyenangkan
menjadi sebuah gagasan yang menarik dan relevan untuk mempertimbangkan,
dielaborasi dan dipraktekkan secara kontekstual sesuai dengan kondisi yang ada.
Secara operatif, ada beberapa langkah yang ditawarkan Rose dan Nichols untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan berhasil. Pertama,
menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks). Kedua, menjamin bahwa subjek
pelajaran adalah relevan. Ketiga, menjamin bahwa belajar secara emosional
adalah positif. Keempat , melibatkan secara sadar semua indera dan pikiran otak
kiri dan otak kanan. Kelima , menantang otak para siswa untuk dapat berfikir
jauh ke depan dan mengeksplorasiapa yang sedang dipelajaridengan sebanyak
mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjek pelajaran. Keenam ,
mengkonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam
periode-periode waspada yang relaks.
Keenam langkah di atas dimasukkan dalam program Cara
Belajar Cepat (CBC). Rose dan Nichols kemudian melanjutkan bahwa ada enam
langkah dasar yang mereka sebut dengan singkatan M-A-S-T-E-R
sebagai bentuk “Struktur” metode CBC. Pertama, Motivating Your Mind
(memotivasi pikiran). Kedua, Acquiring The Information (Memperoleh informasi).
Ketiga, Searching out the meaning (Menyrlidiki mekna), Keempat, Triggering the
Memory (memicu memori). Kelima, Exhibiting what you know (Memamerkan apa yang anda ketahui). Keenam,
Refleting how you have learned (Merefleksikan bagaimana anda belajar).[4]
Mengkaji dan
merenungkan kembali pengalaman belajar dapat
dapat membantu para siswa untuk mengubah karang penghalang yang keras
menjadi batu pijak untuk melompat menuju masa depan yang lebih baik. Para siswa
diharapjkan dapat manyingkirkan gagasan yang mustahil untuk diterapkan dan
mencoba pengalaman yang baru. Mereka dapat memulainya dengan cara model alin,
yang dijalankan dengan memanfaatkan analisis diri. Denagn cara belajar semacam
ini, mereka akan menemukan cara belajar yang lebih “Familiar”. Cara belajar
semacam ini tentu saja dapat membawa hasil secara lebih maksimal dibandingkan
dengan cara belajar yang dipaksakan dan tidak sesuai dengan potensi mereka.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
-
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bagi menjadi 3 macam:
1. Factor
internal siswa
2. Factor
eksternal siswa
3. Factor
pendekatan belajar siswa (Syah : 1990)
-
Faktor yang
dilihat dari sudut pandang konseptual atau realitas yang dapat di observasi
secara nyata, yaitu : Faktor manusia, Prosedur atau system, materi, peralatan
dan lingkungan.
-
Faktor-faktor
yang mempengaruhi managemen siswa dalam suatu kelas adalah:
1. Kondisi
fisik
a. Ruangan
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b. Pengaturan
tempat duduk
c. Ventilasi
dan pengaturan cahaya
d. Pengaturan
penyimpanan barang-barang
2.
Kondisi
sosio-Emosional
a. Tipe
kepemimpinan
b. Sikap
guru
c. Suara
guru
d. Pembinaan
hubungan baik
3. Kondisi
organisasional
a. Pergantian
pelajaran
b. Guru
berhalangan hadir
c. Masalah
antar siswa
d. Upacara
bendera
e. Kegiatan
lain
B.
SARAN
Dalam suatu kegiatan
atau proses belajar mengajar, kendaknya seorang guru professional menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan, adapun langkah-langkahnya yaitu :
1. Membangkit
kan minat belajar
2. Adanya
keterlibatan penuh siswa dalam mempelajari sesuatu
3. Terciptanya
makna
4. Pemahaman
atas materi yang dipelajari
5. Nilai
yang membahagiakan
DAFTAR PUSTAKA
-
Syah, Muhibin. Psikologi
Belajar, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta:2010
-
Danim, Sudarwan. Inovasi
pendidikan dalam upaya peningkatan profesionalisme
tenaga
kependidikan,
CV. Pustaka Setia, Bandung:2002
-
Rukmana, dkk. Pengelolaan
kelas, UPI Press, Bandung:2006