Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah
Pada bulan Ramadhan tahun ini, di layar TV hampir setiap
hari muncul wajah ustad muda yang namanya sedang melejit. Dialah ustad Yusuf
Mansur, ustad muda dari Betawi. Usianya memang masih sangat muda, setelah
mencari data lewat Mbah Google saya baru tahu kalau dia lahir pada tanggal 19
Desember 1976, jadi usianya baru 33 pada tahun ini. Wajahnya yang baby face,
bersih, dan terkesan imut-imut.
Setelah pamor Aa Gym redup, ada
beberapa ustad muda yang tengah naik daun. Mereka diantaranya adalah Ustad
Jefry, Ustad Arifin Ilham, dan Ustad Yusuf Mansur (Ustad = guru). Kalau ustad
Jefry dikenal sebagai “ustad gaul” karena dia populer di kalangan anak-anak
muda. Kalau Ustad Arifin Ilham populer dengan majelis dzikirnya yang
menghadirkan ribuan ummat dengan dress code putih-putih. Oh ya, saya ada
sedikit kritikan buat Arifin Ilham, menurut saya dzikir itu tidak perlu
dilakukan secara massal dan terbuka seperti itu, apalagi disiarkan secara
langsung oleh televisi yang menampilkan Ustad Arifin Ilham menangis
tersedu-sedu diikuti oleh para jamaahnya. Kurang sreg gitu, menurut saya
eksploitasi seperti itu dapat mengurangi kekhusukan dzikir sebagai ibadah
personal antara makhluk dengan Khaliknya.
Namun terhadap ustad Yusuf Mansur
saya memberi respon positif. Saya mengikuti ceramah, diskusi, maupun obrolan
dari ustad ini di televisi. Kata-katanya sederhana namun bernas dan mengena di
hati. Ustad Yusuf Mansur mengusung tema “shadaqoh” atau sedekah dalam setiap
dakwahnya. Dia mengajak ummat Islam untuk rajin bersedekah. Sebagian besar
ummat Islam memahami sedekah adalah sebuah pemberian secara ikhlas untuk
membantu orang dhuafa, misalnya memberi sedekah kepada pengemis, anak yatim,
orang miskin, dan kaum papa lainnya. Setelah memberi sedekah umumnya kita
melupakan pemberian tadi dan menganggap sedekah sebagai hal yang biasa saja.
Tapi, di “tangan” ustad Yusuf
Mansur, makna sedekah (giving) lebih dari sekedar memberi. Dia menulis
di dalam bukunya, The Power of Giving, tentang manfaat bersedekah.
Sedekah tidak hanya untuk mensucikan harta, tetapi juga dapat menghapus dosa,
memperoleh ampunan Allah, mendapatkan ridha dan kasih sayang dari Allah,
memperoleh bantuan dari Allah, dan memakbulkan doa-doa. Dia menjelaskan konsep
yang bernama “matematika sedekah”. Konsep matematika sedekah tidak sama dengan
matematika yang kita kenal. Dasarnya ada pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 160
dimana Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat
baik (bersedekah adalah salah satu perbuatan baik):
Barangsiapa membawa amal yang baik
maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa
perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-An’am
(6) : 160
Begini konsep matematika sedekah
itu:
Menurut pelajaran matematika yang kita kenal di sekolah dasar,
10 – 1 = 9,
tetapi, di dalam matematika sedekah,
10 – 1 = 19,
sebab setiap kali kita bersedekah dengan memberikan satu unit rizki (harta) kita, Allah akan menggantinya (membalasanya) 10 kali lipat.
Menurut pelajaran matematika yang kita kenal di sekolah dasar,
10 – 1 = 9,
tetapi, di dalam matematika sedekah,
10 – 1 = 19,
sebab setiap kali kita bersedekah dengan memberikan satu unit rizki (harta) kita, Allah akan menggantinya (membalasanya) 10 kali lipat.
Jika matematika sedekah itu
dilanjutkan, maka kita memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Jadi, setelah 10 unit harta kita
habis disedekahkan, maka kita memperoleh balasan dari Allah SWT 10 kali lipat
dari semula, yaitu 100 unit. Matematika sedekah ini juga menjelaskan bahwa
seseorang tidak akan jatuh miskin karena sering bersedekah, sebaliknya rizkinya
makin bertambah. Subhanallah. Karena itu tidaklah perlu seseorang
mempunyai sifat pelit atau kikir kepada orang lain.
Apakah balasan dari Allah SWT yang
10 kali lipat itu? Apakah berupa rezki yang jumlahnya 10 kali lipat dari harta
yang kita sedekahkan? Wallahu alam, bisa begitu atau dalam bentuk yang lain,
hanya Allah yang tahu. Balasan dari Allah SWT bisa berupa bantuan yang tidak
terduga datangnya, bisa juga berupa dikabulkannya doa dan keinginan yang selama
ini selalu dipinta. Ustad Yusuf Mansur menghadirkan kisah orang-orang yang
mendapat anugerah tidak terduga karena kebiasaan bersedekah. Ada tukang bubur
ayam keliling yang mendapat hadiah naik haji, ada wanita yang sudah “pertu”
(perawan tua) mendapat jodoh, ada orang yang terlilit hutang yang ditolong
orang lain sehingga hutangnya lunas, dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa
memang Allah SWT membalas pemberian ummat-Nya dengan balasan yang tidak pernah
ia bayangkan.
Satu hal yang pasti, Allah SWT
sangat menyayangi ummat-Nya. Bersedekah atau memberi dapat mengijabah doa dan
memudahkan banyak urusan. Memberi itu memang menakjubkan, giving is amazing.