Imam Ali as dan Musafir Non Muslim
Pada hari itu udara kota Kufah sangatlah nyaman. Angin
sepoi bertiup perlahan dari arah kota memberikan ketenangan bagi jiwa dan
semangat manusia. Seorang musafir bergerak ke arah kota Kufah. Dia telah
melewati perjalanan yang jauh untuk mencapai suatu tempat di sekitar Kufah dan
kini ia merasa kelelahan. Dia berpikir sendirian, alangkah menyenangkannya jika
dia mempunyai teman seperjalanan, supaya dia punya teman untuk berbicara dan
tidak merasa lelah akan perjalanan tersebut. Ketika itu pula, tampak
sesosok tubuh dari kejauhan. Sang musafir merasa gembira dan berkata
sendirian, ”Aku akan bersabar sampai orang itu datang menghampiriku. Mungkin
saja dia bisa menjadi teman seperjalananku.”
Sosok dari kejauhan itu akhirnya mendekat. Ternyata dia
adalah seorang lelaki itu berwajah menarik dan bercahaya. Terlihat senyum
terukir di bibir lelaki itu. Ketika keduanya berdekatan, mereka saling bertanya
khabar. Ternyata, lelaki itu juga akan pergi ke Kufah. Sang musafir yang
kesepian tadi merasa gembira karena kini dia memiliki teman seperjalanan.
Lelaki yang baru tiba itu tidak lain dari Imam Ali a.s.
Tetapi, Imam Ali menyembunyikan identitasnya kepada musafir tersebut. Keduanya
sama-sama meneruskan perjalanan. Mereka lalui perjalanan bersama itu sambil
berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Imam Ali as mengetahui bahwa teman
seperjalanannya itu bukan muslim. Namun, Imam Ali tetap mmeprlakukannya dengan
baik, sampai-sampai lelaki non muslim itu merasakan persahabatan dan kecintaan
terhadap Ali a.s. Tutur kata dan akhlak Imam Ali sedemikian baiknya sehingga
telah meninggalkan kesan kepada lelaki itu, sampai-sampai dia melupakan rasa
lelahnya.
Dia lalu berhenti sejenak dan berkata kepada Imam Ali,
“Sungguh menakjubkan, kebetulan sejam yang lalu aku memohon teman seperjalanan
untuk menemaniku agar beratnya perjalanan ini tidak terasa. Lihatlah betapa
Allah telah mengabulkan permintaanku. Sampai kini, aku tidak pernah menemui
orang sebaik dan sepintar engkau dalam berbicara.”
Imam Ali hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata
lelaki ini dan mereka kembali meneruskan perjalanan mereka. Perjalanan
itu berakhir dengan dua arah. Satu jalan ke Kufah yang menjadi tempat tujuan
Imam Ali as dan jalan kedua merupakan arah yang dituju lelaki non muslim itu.
Imam Ali tidak mengambil jalan ke arah Kufah dan terus berjalan mengikuti teman
seperjalanannya. Lelaki itu sibuk berbicara sehingga tidak menyadari hal
tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menyadarinya dan bertanya, “Sahabatku, engkau
telah salah memilih jalan, sewaktu di persimpangan tadi engkau seharusnya
memilih jalan ke Kufah.”
Imam Ali, “Aku tahu. Tetapi aku ingin mengiringimu sampai
engkau menyelesaikan pembicaraanmu.” Lelaki itu merasa takjub mendengar ucapan
Imam Ali tersebut, lalu berkata, “Akhlakmu sungguh baik sekali. Aku ingin
mengetahui lebih banyak tentang dirimu. Sebutkanlah namamu dan apakah
pekerjaanmu?”
Imama Ali menjawab, “Sahabatku, aku adalah Ali bin Abi
Thalib.” Lelaki non muslim itu yang sudah sering mendengar nama Ali dan
mengetahui dia adalah pemimpin umat Islam, amat terkejut. Kebimbangan
menyelimuti dirinya. Dia berkata sendirian, “Ya Tuhanku, sejak tadi hingga
kini, ternyata aku sedang bersama khalifah umat Islam dan aku tidak
mengetahuinya sama sekali.
Lalun, dia berkata kepada Imam Ali a.s., ”Ketawadhu’an
dan kebaikan akhlak Anda memang layak mendapat pujian. Apakah mereka yang
dididik dengan ajaran Islam memiliki akhlak seperti Anda?”
Pada saat itu jendela ke arah cahaya dan hakikat terbuka
di hadapan matanya. Imam Ali a.s. kemudian menyampaikan ajaran Islam kepada
musafir itu. Tidak berapa lama kemudian, dengan bimbingan Imam Ali, dia memeluk
agama Islam dan bergabung dengan barisan kaum mukmin. Dengan demikian,
kebaikan, kelembutan, dan sifat baik Imam Ali a.s. telah membuka hati lelaki
non muslin itu untuk menerima kebenaran ajaran Islam.
Rasulullah saaw bersabda, “Berlaku baiklah kepada sesama
manusia. Mereka menyukai kalian selagi kalian hidup dan menangisi kalian ketika
kalian meninggalkan dunia ini.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar