Halaman

Senin, 26 Desember 2011

LAPORAN PENELITIAN

                                                                        BAB I
PENDAHULUAN
PENGARUH KOMPETENSI MENGAJAR GURU
TERHADAP PRESTASI SISWA
1.      Kompetensi Mengajar
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk tringle,  jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau di bantu oleh unsur lain seperti oleh media teknologi, tetapi tidak dapat digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional[1].
Di dalam mendidik, seorang guru tidak hanya cukup dengan bekal ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku sekolah atau bangku kuliah tempat ia menimba ilmu dahulu, melainkan juga harus di iringi dengan sebuah kemampuan yang beragam sejak kemampuan menyampaikan materi sampai kemampuan untuk membuat siswa benar-benar cerdas sebagai hasil dari pembelajaran yang telah di lakukannya.
Sebagai pendidik guru harus mempunyai kompetensi mengajar, seorang guru bukan hanya dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional[2].
Departemen pendidikan dan kebudayaan (1980) telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya kedalam tiga dimensi umum kemampuan, yaitu:
1.          Kemampuan profesional, yang mencakup:
a.   penguasaan materi pelajaran;
b.  penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan;
c.   penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.
2.          kemampuan sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar.
3.          kemampuan personal yang mencakup:
a.   penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan;
b.  Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru;
c.   Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya[3].
Sebagaimana telah kita ketahu dan sadari tujuan akhir pendidikan islam adalah terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin Insan Kamil adalah manusia yang mempunyai wajah Qur'ani, terciptanya insan yang memilki dimensi religius, budaya dan ilmiah[4].
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan islam, pendidik yang punya tanggung jawab mengantarkan manusia ke arah tujuan tersebut. Justru itu keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan (knowledge) tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-nilai  (value/qimah) pada peserta didik[5].
Didalam mendidik seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan segala apa yang mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar, mulai dari tahap perencanaan,  menyusun sistem, memilih model pembelajaran dan mencari alat bantu berupa media yang tepat untuk mendukung terjadinya proses belajar.
a. Pengertian perencanaan pengajaran
Menurut Ulbert Silalahi: perencanana merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan  manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk memaksimalkan efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan[6].
Sedangkan William H. Newman dalam Abdul Madjid : mengemukakan bahwa " perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijkan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari"[7].
Secara lebih luas perencanaan oleh Bintoro Amidjodjo di definisikan sebagai berikut:
1.      Perencanaan dalam arti selaus-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan di lakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.      Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maksimum out put ) dengan sumber-sumber  yang ada supaya lebih efesien dan efektif.
3.      Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan di capai atau yang akan di lakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa[8].
Dari pengertian di atas dalam suatu perencanaan terdapat lima hal pokok sebagai berikut:
1.      Adanya tujuan yang hendak di capai dari sesuatu yang di rencanakan.
2.      Adanya rangkaian kegiatan yang tersusun sistematis untuk mencapai tujuan.
3.      Sumber daya manusia yang akan melaksanakan rencana yang di susun untuk mencapai tujuan.
4.      Penetapan jangka waktu kapan rencana akan di laksanakan.
5.      Penerjemahan rencana kedalam program yang konkrit dan nyata serta mudah di aplikasikan.  
b. tinjauan umum sistem
1. pengertian sistem
Istilah sistem merupakan konsep yang abstrak. Karena bersifat abstrak, banyak para ahli atau lembaga yang memberikan definisi tentang sistem dengan sudut pandang masing-masing.
Menurut Johnson, Kast,  dan Rosenzweig dalam salamoen: sistem adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi atau kompleks, suatu gabungan atau kombinasi dari berbagai hal atau bagian, yang membentuk satu kesatuan[9].
Menurut lembaga administrasi negara:" sistem pada hakikatnya adalah seperangkat komponen, elemen, yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi, dan saling tergantung sehingga keseluruhannya merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau tujuan tertentu[10].
Sedangkan menurut Harjanto: "sistem adalah merupakan jumlah keseluruhan bagian-bagian yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan atas kebutuhan tertentu[11].
Dari berbagai pengertian diatas dalam suatu sistem terdapat beberapa ciri sistem sebagai beriku:
a.   Adanya struktur tertentu (suatu gabungan, kombinasi, atau kumpulan), unsur, elemen, komponen, bagian, hal yang disebut subsistem
b.  Bagian-bagian atau unit-unit memiliki fungsi masing-masing
c.   Bagian atau unit yang ada memiliki hubungan satau sama lain.
d.  Rangkaian bagian atau unit tersebut merupakan kebulatan yang utuh dan beregrak kearah tujuan[12].
Dengan demikian sistem merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dan membentuk struktur tertentu yang terdiri dari komponen-komponen, bagian-bagian atau unit-unit yang memiliki fungsi serta sama lainnya  saling berhubungan untuk mencapai tujuan[13].
c. Model pengajaran
1. pengertian model
Model secara umum diartikan sebagai sebuah kerangka konseptual atau kerangka acuan yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model di bedakan menjadi model dasar dan model pengembangan .
Model dasar merupakan model yang di jadikan sebagai dasar untuk pengembangan model selanjutnya.
Pengembangan model pengajaran di definisikan oleh Tweleker, Urbach, dan Buck dalam Atwi Suparman yakni sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi belajar dan dengan maksud mencapai tujuan tertentu[14].
Sedangkan Atwi Suparman sendiri mendefinisikan pengembangan model pengjaran adalah proses yang sistematik dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efesien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus di rervisi[15].
d. Menggunakan media
1. pengertian media pengajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.                   
Menurut tim LPM DKI Jakarta: media pembelajaran adalah  segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar[16].
Dengan demikian media pengajaran adalah alat yang dapat digunkan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesan pengajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektik dan efesien.
Sedangkan Rusyan berkesimpulan mengenai media dalam pendidikan sebagai berikut:
a.   Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
b.  Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
c.   Apapun yang disampaikan oleh guru meski menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal yang berupa kata-kata yang diucapkan dihadapan peserta didik.
d.  Segala sesuatu yang terdapat dilingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak dilibatkan dalam prioses belajar mengajar, setelah dirancang dan di pakai dalam kegiatan tersebut, lingkungan itu berstatus sebagai alat perangsang belajar[17].

  1. prestasi siswa
peserta didik salah satu komponen dalam sisitem pendidikan islam. Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkrmbangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik[18].
Syamsul Nizar mendeskripsikan kriteria peserta didik:
  1. peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memilki dunianya sendiri.
  2. peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
  3. pesertadidik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
  4. peserta didik merupakan dua unsur utam jasmani dan rohani, unsur jasmani memilki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal ahati nurani dan nafsu.
  5. peserta didik adalh manusia yang memilki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan secara dinamis[19].
Banayk sekali kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik, antar lain: kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk mendapatkan status, kebutuhan mandiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan ingin disayangi dan dicintai, kebutuhan untuk curhat dan kebutuhan untuk memilki filsafat hidup[20].
Dari sekian banyak kebutuhan peserta didik  yang harus di penuhi oleh pendidik satu diantaranya adalah kebutuhan untuk berprestasi menjadi sorotan utama karena ini memiliki kaitan yang cukup erat dengan kompetensi seorang guru, yang apabila memilki tingkat kemampuan mengajar yang baik akan memungkinkan keberhasilan tingkat prestasi siswa.
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan mendapat status dan mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status atau penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi. Dengan demikian kemampuan untuk berprestasi terkadang sangat erat dengan perlakuan yang mereka terima baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.
Salah sdatu upaya untuk meningkatkan prestasi siswa adalah dengan dibentuknbya manajemen siswa. Pembinaan atau manajemen aktivitas siswa diartikan sebagai usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan, pemantapan, peningkatan, arahan pemantapan, peningkatan, arahan terhadap pola pikir, sikapo mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para siswa, melalui program ekstrakulikuler[21].
Tujuan kegiatan siswa menurut McKown dalam Gorton (1976:321), adalah:
1.       membantu semua siswa belajar bagaimana menggunakan waktu luang mereka secara bijaksana.
2.       membantu semua siswa meningkatkan dan memanfaatkan secara konstruktif bakat-bakat dan keterampilan unik yang mereka miliki.
3.       membnatu semua siswa mengembangkan minat dan bakat dan keterampilan rekreatif baru.
4.       membantu semua siswa mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap nilai kegiatan rekreatif.
5.       membantu senua siswa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam fungsinya sebagai pemimpin dan/atau anggota keluarga.
6.       untuk membantu semua siswa mengembangkan sikap yang lebih realistis dan positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
7.       membantu semua siswa mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap sekioalh, sebagai hasil dari partisipasi dalam program kegiatan siswa[22].








DAFTAR PUSTAKA
                 
Sukmadinata, Nana Syaodih, pengembangan kurikulum teori dan praktek (Bandung: Rosdakarya   2007)
Syah Darwyan Dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakara:          2006)
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:             2008)
Marno dan Supriyatno, Trio,  Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Malang: Refika Aditama 2008)




       [1] Nana Syaodih Sukmadinata, pengembangan kurikulum teori dan praktek (Bandung, 2007), hal. 191.   
       [2]  Ibid
       [3]  Ibid, hal. 192
       [4]  H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, 2008), hal 55
       [5]  Ibid
       [6] Darwyan Syah Dkk, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islamm (Jakarat, 2006), hal 28
       [7]  Ibid
       [8] Ibid hal 29
       [9]  Ibid hal 45
       [10]  Ibid
       [11]  Ibid
       [12]  Ibid hal 45-46
       [13]  Ibid
       [14] Ibid hal 69
       [15]  Ibid
       [16]  Ibid hal 123
       [17]  Ibid hal 123-124
       [18]  Ramayulis, Op Cit, hal 77
       [19] Op Cit hal 77-78
       [20] Op Cit hal 78-80
       [21]  Marno dan Trio Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Malang 2008), hal 91-92
       [22]  Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar