PENDAHULUAN
PENGARUH KOMPETENSI MENGAJAR GURU
TERHADAP PRESTASI SISWA
1.
Kompetensi Mengajar
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik
(siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan
tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya membentuk tringle,
jika hilang salah satu komponen,
hilang pulalah hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat
diwakilkan atau di bantu oleh unsur lain seperti oleh media teknologi, tetapi
tidak dapat digantikan. Mendidik adalah pekerjaan profesional, oleh karena itu
guru sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik profesional[1].
Di dalam mendidik, seorang guru tidak hanya cukup dengan bekal ilmu
pengetahuan yang didapat dari bangku sekolah atau bangku kuliah tempat ia
menimba ilmu dahulu, melainkan juga harus di iringi dengan sebuah kemampuan
yang beragam sejak kemampuan menyampaikan materi sampai kemampuan untuk membuat
siswa benar-benar cerdas sebagai hasil dari pembelajaran yang telah di
lakukannya.
Sebagai pendidik guru harus mempunyai kompetensi mengajar, seorang guru
bukan hanya dituntut melaksanakan tugasnya secara profesional, tetapi juga
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan profesional[2].
Departemen pendidikan dan kebudayaan (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya kedalam tiga
dimensi umum kemampuan, yaitu:
1.
Kemampuan profesional,
yang mencakup:
a.
penguasaan
materi pelajaran;
b. penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan
keguruan;
c.
penguasaan
proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.
2.
kemampuan
sosial, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan
sekitar.
3.
kemampuan
personal yang mencakup:
a.
penampilan
sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan
situasi pendidikan;
b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dimiliki guru;
c.
Penampilan
upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya[3].
Sebagaimana telah kita ketahu dan sadari tujuan akhir pendidikan islam
adalah terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin Insan Kamil adalah
manusia yang mempunyai wajah Qur'ani, terciptanya insan yang memilki dimensi
religius, budaya dan ilmiah[4].
Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam pendidikan islam, pendidik
yang punya tanggung jawab mengantarkan manusia ke arah tujuan tersebut. Justru
itu keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab
kewajibannya tidak hanya mentransformasikan pengetahuan (knowledge) tetapi juga
dituntut menginternalisasikan nilai-nilai
(value/qimah) pada peserta didik[5].
Didalam mendidik seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan segala
apa yang mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar, mulai dari tahap
perencanaan, menyusun sistem, memilih
model pembelajaran dan mencari alat bantu berupa media yang tepat untuk
mendukung terjadinya proses belajar.
a. Pengertian perencanaan pengajaran
Menurut Ulbert Silalahi: perencanana merupakan kegiatan menetapkan tujuan
serta merumuskan dan mengatur pendayagunaan
manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk memaksimalkan
efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan[6].
Sedangkan William H. Newman dalam Abdul Madjid : mengemukakan bahwa "
perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung
rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan,
penentuan kebijkan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur
tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari"[7].
Secara lebih luas perencanaan oleh Bintoro Amidjodjo di definisikan sebagai
berikut:
1.
Perencanaan
dalam arti selaus-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara
sistematis kegiatan-kegiatan yang akan di lakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
2.
Perencanaan
adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maksimum out put ) dengan
sumber-sumber yang ada supaya lebih
efesien dan efektif.
3.
Perencanaan
adalah penentuan tujuan yang akan di capai atau yang akan di lakukan,
bagaimana, bilamana, dan oleh siapa[8].
Dari pengertian di atas dalam suatu perencanaan terdapat lima hal pokok
sebagai berikut:
1.
Adanya
tujuan yang hendak di capai dari sesuatu yang di rencanakan.
2.
Adanya
rangkaian kegiatan yang tersusun sistematis untuk mencapai tujuan.
3.
Sumber daya
manusia yang akan melaksanakan rencana yang di susun untuk mencapai tujuan.
4.
Penetapan
jangka waktu kapan rencana akan di laksanakan.
5.
Penerjemahan
rencana kedalam program yang konkrit dan nyata serta mudah di aplikasikan.
b. tinjauan umum sistem
1. pengertian sistem
Istilah sistem merupakan konsep yang abstrak. Karena bersifat abstrak,
banyak para ahli atau lembaga yang memberikan definisi tentang sistem dengan
sudut pandang masing-masing.
Menurut Johnson, Kast, dan
Rosenzweig dalam salamoen: sistem adalah suatu keseluruhan yang terorganisasi
atau kompleks, suatu gabungan atau kombinasi dari berbagai hal atau bagian,
yang membentuk satu kesatuan[9].
Menurut lembaga administrasi negara:" sistem pada hakikatnya adalah
seperangkat komponen, elemen, yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh
mempengaruhi, dan saling tergantung sehingga keseluruhannya merupakan suatu
kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau
tujuan tertentu[10].
Sedangkan menurut Harjanto: "sistem adalah merupakan jumlah
keseluruhan bagian-bagian yang saling bekerja bersama untuk mencapai hasil yang
diharapkan berdasarkan atas kebutuhan tertentu[11].
Dari berbagai pengertian diatas dalam suatu sistem terdapat beberapa ciri
sistem sebagai beriku:
a.
Adanya struktur
tertentu (suatu gabungan, kombinasi, atau kumpulan), unsur, elemen, komponen,
bagian, hal yang disebut subsistem
b. Bagian-bagian atau unit-unit memiliki fungsi
masing-masing
c.
Bagian atau
unit yang ada memiliki hubungan satau sama lain.
d. Rangkaian bagian atau unit tersebut merupakan kebulatan
yang utuh dan beregrak kearah tujuan[12].
Dengan demikian sistem merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dan
membentuk struktur tertentu yang terdiri dari komponen-komponen, bagian-bagian
atau unit-unit yang memiliki fungsi serta sama lainnya saling berhubungan untuk mencapai tujuan[13].
c. Model pengajaran
1. pengertian model
Model secara umum diartikan sebagai sebuah kerangka konseptual atau
kerangka acuan yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Model di bedakan menjadi model dasar dan model pengembangan .
Model dasar merupakan model yang di jadikan sebagai dasar untuk pengembangan
model selanjutnya.
Pengembangan model pengajaran di definisikan oleh Tweleker, Urbach, dan
Buck dalam Atwi Suparman yakni sebagai cara yang sistematik untuk
mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi
belajar dan dengan maksud mencapai tujuan tertentu[14].
Sedangkan Atwi Suparman sendiri mendefinisikan pengembangan model pengjaran
adalah proses yang sistematik dalam mencapai tujuan instruksional secara
efektif dan efesien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi
dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan
instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus di rervisi[15].
d. Menggunakan media
1. pengertian media pengajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepenerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
Menurut tim LPM DKI Jakarta: media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar[16].
Dengan demikian media pengajaran adalah alat yang
dapat digunkan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesan pengajaran dari
sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan efektik dan efesien.
Sedangkan Rusyan berkesimpulan mengenai media dalam
pendidikan sebagai berikut:
a.
Media
adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi
memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar
mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
b.
Media
berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar
sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar.
c.
Apapun
yang disampaikan oleh guru meski menggunakan media, paling tidak yang digunakan
adalah media verbal yang berupa kata-kata yang diucapkan dihadapan peserta
didik.
d.
Segala
sesuatu yang terdapat dilingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan
manusia yang pada permulaannya tidak dilibatkan dalam prioses belajar mengajar,
setelah dirancang dan di pakai dalam kegiatan tersebut, lingkungan itu
berstatus sebagai alat perangsang belajar[17].
- prestasi siswa
peserta didik salah satu komponen dalam sisitem
pendidikan islam. Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada
pada fase pertumbuhan dan perkrmbangan baik secara fisik maupun psikis,
pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang
perlu bimbingan dari seorang pendidik[18].
Syamsul Nizar mendeskripsikan kriteria
peserta didik:
- peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi
memilki dunianya sendiri.
- peserta didik memiliki periodisasi perkembangan dan
pertumbuhan.
- pesertadidik adalah makhluk Allah yang memiliki
perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan
dimana ia berada.
- peserta didik merupakan dua unsur utam jasmani dan
rohani, unsur jasmani memilki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya
akal ahati nurani dan nafsu.
- peserta didik adalh manusia yang memilki potensi
atau fitrah yang dapat dikembangkan secara dinamis[19].
Banayk sekali kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi oleh pendidik,
antar lain: kebutuhan fisik, kebutuhan sosial, kebutuhan untuk mendapatkan
status, kebutuhan mandiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan ingin
disayangi dan dicintai, kebutuhan untuk curhat dan kebutuhan untuk memilki
filsafat hidup[20].
Dari sekian banyak kebutuhan peserta didik
yang harus di penuhi oleh pendidik satu diantaranya adalah kebutuhan
untuk berprestasi menjadi sorotan utama karena ini memiliki kaitan yang cukup
erat dengan kompetensi seorang guru, yang apabila memilki tingkat kemampuan
mengajar yang baik akan memungkinkan keberhasilan tingkat prestasi siswa.
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan mendapat status
dan mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status atau
penghargaan dan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat
untuk mengejar prestasi. Dengan demikian kemampuan untuk berprestasi terkadang
sangat erat dengan perlakuan yang mereka terima baik dalam lingkungan keluarga,
sekolah, maupun di masyarakat.
Salah sdatu upaya untuk meningkatkan prestasi siswa adalah dengan
dibentuknbya manajemen siswa. Pembinaan atau manajemen aktivitas siswa diartikan
sebagai usaha atau kegiatan memberikan bimbingan, arahan, pemantapan,
peningkatan, arahan pemantapan, peningkatan, arahan terhadap pola pikir, sikapo
mental, perilaku serta minat, bakat dan keterampilan para siswa, melalui
program ekstrakulikuler[21].
Tujuan kegiatan siswa menurut McKown dalam Gorton (1976:321), adalah:
1.
membantu
semua siswa belajar bagaimana menggunakan waktu luang mereka secara bijaksana.
2.
membantu
semua siswa meningkatkan dan memanfaatkan secara konstruktif bakat-bakat dan
keterampilan unik yang mereka miliki.
3.
membnatu
semua siswa mengembangkan minat dan bakat dan keterampilan rekreatif baru.
4.
membantu
semua siswa mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap nilai kegiatan
rekreatif.
5.
membantu
senua siswa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam fungsinya
sebagai pemimpin dan/atau anggota keluarga.
6.
untuk
membantu semua siswa mengembangkan sikap yang lebih realistis dan positif
terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
7.
membantu
semua siswa mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap sekioalh, sebagai
hasil dari partisipasi dalam program kegiatan siswa[22].
DAFTAR
PUSTAKA
Sukmadinata, Nana Syaodih, pengembangan
kurikulum teori dan praktek (Bandung: Rosdakarya 2007)
Syah Darwyan Dkk, Perencanaan
Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakara: 2006)
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan
Islam (Jakarta: 2008)
Marno dan
Supriyatno, Trio, Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam (Malang: Refika Aditama 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar