BAB I
PENDAHULUAN
1.
HAKIKAT PERKEMBANGAN
A.
Gambaran terhadap adanya
proses perkembangan
Kalau kita memperhatikan segala sesuatu yang ada disekitar
kita, baik kehidupan manusia, binatang, flora, fauna maupun benda-benda
anorganik, kita akan melihat suatu hal yang abadi, yaitu selalu adanya
perubahan. Segalanya selalu berubah, lambat atau cepat, berwujud penyusutan,
pertumbuhan maupun perkembangan menurut sifat kodratnya masing-masing.
Demikian halnya dengan kehidupan manusia, yang bermula dari
telur, kemudian melalui garis pertumbuhan : janin, bayi, kanak-kanak, anak,
pemuda, adolesan, orang tua, dan akhirnya meninggal.
Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama
perkembangannya sendiri, perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak
bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negativ yang lain dalam menghadapi
perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terus
menerus pertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan
apapun, yang tentu saja akan merugikan.
Hal ini berlaku
juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda, secara psikofisis. Aspek-aspek yang
manakah yang berkembang dari kehidupan manusia?
Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita perlu lebih dahulu mengetahui hakikat manusia, yaitu bahwa
pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang hidup dalam keadaan:
Ø
Psikofisis
Ø
Sosioindividuil
Ø
Culturilreligius
Ø
Psikopfisis, yang
berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, secara jasmaniah
dan rohaniyah
Ø
Sosioindividuil,
yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, sosial dan
individuil
Ø
Culturilreligius,
yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, dicipta
(oleh Maha Pencipta) dan mencipta
(kebudayaan).
Bila kita perhatikan sifat-sifat tersebut tampak bahwa
masing-masing selalu sepasang-pasang yang kelihatannya bertentangan satu sama
lain, tetapi saling lengkap melengkapi.
Semua sifat itu dan semua aspek tersebut berkembang
seluruhnya secara simultan selama mendapat kesempatan dan sejauh masih
memungkinkan, menurut irama variasi dan isinya sendiri-sendiri.
B.
Teori Proses Perkembangan
Bahwa sesuatu perkembangan selalu melalui suatu proses,
mudah sekali dimengerti. Tapi bagaimana proses itu berlangsung, ada beberapa
teori yang perlu kita ketahui, kebenarannya, atau kita renungkan demi
perkembangan psikologi ini.
·
Teori yang pertama Johann
Friederische Herbart
Teori yang tertua adalah yang diajukan
oleh seorang psikolog Jerman yang bernama Johann Friederische Herbart. Teorinya
disebut teori asosiasi. Disebut demikian oleh karena Herbart berpendapat bahwa
seluruh proses perkembangan itu diatur dan dikuasai oleh kekuatan hukum
asosiasi.
Herbart berpendapat bahwa terjadinya
perkembangan adalah oleh karena adanya unsur-unsur yang berasosiasi, sehingga
sesuatu yang semua bersifat simpel (unsur yang sedikit) makin lama makin banyak
dan kompleks.
·
Yang kedua, Teori Gestalt
(Wilhelm Wundt)
Mereka berpendapat bahwa proses
perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simpel ke sesuatu yang
kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh
tetapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, tampak
bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Bagian-bagian itu bukan merupakan pecahan
dari Gestalt tadi, melainkan merupakan kesatuan-kesatuan tertentu yang baru
berfaedah bila ia berada dalam Gestalt tersebut. Jadi dengan tegas
mereka berpendapat bahwa perkembangan bukan proses asosiasi melainkan proses
diferensiasi.
Pada masa bayi, ia mengalami proses diferensasi kemudian naik ke tahap
(strata) masa kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ini proses diferensasi
berjalan terus, kemudian naik ke strata masa anak. Demikian seterusnya.
·
Yang ketiga, Teori
Sosialisasi (James Mark Baldwin)
Teori ini berpendapat bahwa proses
perkembangan itu adalah proses asosiasi dari sifat individualis. Dalam hal ini Baldwin terkenal dengan teori : Circulair Reastion. Ia
berpendapat bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah dalam bentuk
imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi.
Adaptasi dan seleksi berlangsung atas
dasar hukum efek (Law of effect). Tingkah laku pribadi seseorang adalah
hasil peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri
sendiri sedang adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. Oleh efeknya
sendiri tingkah laku itu dipertahankan. Selanjutnya oleh efeknya sendiri
tingkah laku itu dapat ditingkatkan faedah dan prestasinya. Dalam hal yang
demikian inilah terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu menggunakan
hasil peniruan itu sesuai dengan
kebutuhan sendiri. Teori ini mendapat
dukungan dari W. Sern; Bechterev dan Koffka.
·
Yang keempat, Teori
Freudism (Sigmund Freund)
Teori ini dikemukakan oleh seorang pemuka dalam psikologi, yang bernama
Sigmund Freund. Dalam mengemukakan teorinya, ia menggunakan sebagai contoh:
Pada masa bayi, manusia belum bermoral kemudian sudah memiliki moral secara
heterogen dan akhirnya memiliki moral dengan norma yang ditetapkan sendiri
secara otonom.
Proses pemilikan moral dari heterogen ke moral otonom ini disebut
internalisasi. Sebab norma moral tersebut ditentukan sendiri oleh manusia
dengan menggunakan faktor internnya.
Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi. Oleh karena
proses ini menggunakan masyarakat sebagai faktor utama maka teori ini dapat
dimaksudkan pula teori sosialisasi. Yang dapat dimaksudkan pula sebagai teori
sosialisasi adalah teori Langeveld.
Ini menyusun
teorinya atas empat asas, yaitu :
Ø
Asas biologis;
Ø
Asas ketidakberdayaan;
Ø
Asas keamanan; dan
Ø
Asas eksplorasi.
Mula-mula perkembangan yang dialami manusia adalah perkembangan biologis.
Yaitu dari telur ke janin, kemudian menjadi bayi dan seterusnya, kemudian baru
secara psikis. Yang bermula dari sifatnya yang tidak berdaya. Tetapi karena
tidak berdaya inilah justru memungkinkan terjadinya perkembangan, bila ia berada
dalam pergaulan antar manusia. Untuk itu ia memerlukan rasa aman, rasa
dilindungi, sehingga memungkinkan adanaya kesempatan untuk berimitasi, adaptasi
maupun identifikasi.
Selanjutnya, karena perkembangan itu sendiri ada pada dirinya secara
kodrat, maka si anak mengadakan eksplorasi, untuk memungkinkan diri sebagai
warga masyarakat. Demikianlah, proses perkembangan itu berlangsung
sampai dewasa.
BAB II
PRINSIP DAN ASPEK PERKEMBANGAN
1.
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
A. Pengertian Prinsip
Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar
orang berpikir, bertindak dan sebagainya, atau dalam arti sempit adalah
asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi sejak
konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian perubahan yang
terjadi akibat kematangan.
Dalam buku konsep dasar perkembangan menyatakan bahwa
prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal berikut:
1.
Perkembangan Merupakan Proses Yang
Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
Manusia secara terus menerus berkembang
atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus
sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.
Semua Aspek Perkembangan Saling
Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun
sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terhadap hubungan atau korelasi
yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan
fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami
kemandegan dan perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang
berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.
Perkembangan Itu Mengikuti Pola
atau Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu.
Setiap tahap perkewmbangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya
yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat
berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan
merupakan persyaratan bagi perkembangan selanjutnya.
Sementara itu, Yelon dan Weinsten
(1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu sebagai berikut:
a.
Cephalocaudal &
proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke kaki
(cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke
pinggir: tangan (proximal-distal)
b. Struktur mendahului
fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi
setelah matang strukturnya.
Arah Tahap Perkembangan Anak
TAHAP PERKEMBANGAN
|
JENIS PERKEMBANGAN
|
Usia 4-16
Minggu
|
Bayi
dapat menguasai 12 macam otot ocular motornya
|
Usia 16-24
Minggu
|
Bayi
dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya dan menggerakkan
tanganny. Ia mulai dapat meraih benda-benda
|
Usia 28-40
Minggu
|
Ia dapat menguasai badan dan tangannya,.
Ia mulai dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda
|
Tahap kedua
|
Anak
sudah pandai berjalan dan berlari, dapat menggunakan kata-kata dan mengenal
identitasnya (seperti namanya)
|
Tahap ketiga
|
Anak
dapat berbicara dalam kalimat dan menggunakan kata-kata sebagai alat berfikir
|
Tahap
keempat
|
Anak
mulai banyak bertanya dan dapat berdiri sendiri
|
Tahap kelima
|
Anak
telah matang dalam menguasai gerak-gerik motorisnya. Ia dapat
melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan.
|
c.
Perkembangan itu berdiferensiasi.
Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam
semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon
anak pada mulanya bersifat umum
d.
Perkembangan itu berlangsung dari
konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan
berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak
tampak)
e.
Perkembangan itu berlangsung dari
egosentrisme ke perspektivisme
f.
Perkembangan itu berlangsung dari
“outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat
bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan
kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma)
sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau
pengawasan dari luar (out control).
4.
Perkembangan Terjadi Pada Tempo
Yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai
kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada
yang lambat).
5.
Setiap Fase Perkembangan
MempunyaiCiri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan
contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk
mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b) pada
usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia
sosial (belajar bergaul dengan orang lain)
6.
Setiap Individu Yang Normal Akan
Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
Prinsip
ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang
individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak-kanak, anak,
remaja, dewasa, dan masa tua.
B. Fase-fase Perkembangan
Pada setiap fase, dibedakan atas beberapa fase lagi. Demikian pula
halnya pada masa pemuda ini, dibedakan lagi atas tiga fase, yaitu:
1.Fase Peural
Pueral, berasal dari kata puer yang artinya anak laki-laki. Dalam
hal ini mulai terjadi hal yang baru, dalam pergaulan anak. Yaitu anak laki-laki
mulai memisahkan diri dari anak perempuan. Anak laki-laki memandang anak
perempuan sebagai menjijikan dan anak perempuan memandang anak laki-laki
sebagai tukang membual. Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri yang sama pada
mereka, terutama dalam cara mereka bergaul. Ciri-ciri itu antara lain,
ialah:
i.
Mereka tidak mau lagi disebut
anak, sebutan anak dirasakan sebagai merendahkan diri mereka
ii.
Mereka mulai memisahkan diri dari
orang tuanya, atau orang-orang dewasa lain yang ada disekitarnya
iii.
Mereka membentuk kelompok-kelompok
untuk bersaing, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
iv.
Mereka memiliki sifat mendewasakan
tokoh-tokoh yang dipandang sebagai memiliki kelebihan
v.
Mereka adalah
pengembara-pengembara ulung
vi.
Pandangannya lebih baik diarahkan
keluar (ekstravert) dan kurang bersedia untuk meluhat dan mencapai dirinya
sendiri
vii.
Mereka itu adalah pemberani, yang
kadang-kadang kurang perhitungan dan agak melupakan tata susila.
2.
Fase Negatif
Pada fase ini anak lebih banyak bersikap
negative, atau sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja.
Tetapi Karl Buhler berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan bahwa
ciri-cirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. Adapun ciri-ciri pada
fse ini antara lain, ialah:
a.
Terhadap segala sesuatu, si anak
bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju dan sebagainya
b.
Anak sering murung, sedih tetapi
ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya
c.
Sering melamun tak menentu, dan
kadang berputus asa.
Terhadap sikap seperti ini orang tua
dan guru sering bersikap jengkel, marah atau putus asa, bingung dan
bertanya-tanya, tanpa mengetahui apa sebabnya. Tetapi bagi orang tua dan guru
yang mengerti akan bersikap membiarkan keadaan itu berlalu untuk beberapa
bulan. Sebab sikap itu justru menunjukan bahwa anaknya telah melalui suatu fase
yang biasa dilalui oleh semua orang.
3.
Fase Pubertas
Puber atau remaja, masa inilah yang
berlangsung paling lama diantara kedua fase yang lain.
Ciri-ciri fase inipun didasarkan atas
adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang tampak diluar maupun yang ada
didalam tubuhnya. Perbedaan itu ialah:
a.
Ciri kelamin Primer
yaitu ciri-ciri, yang pertama-tama menampakkan diri dari luar.
a)
Pada saat itu kelenjar anak putra
mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel sperma dan bagi anak putri
kelenjar kelaminnya mulai menghasilkan
sel telur
b)
Anak putra mengalami polusi
pertama, dan anak putri mulai mengalami menstruasi, yang berlangsung sebulan
sekali
c)
Tubuh berkembang dengan luar
biasa, sehingga tampak seakan-akan tidak harmonis dengn anggota badan yang
lain. Anak putra dadanya bertambah bidang dengan otot-otot yang kuat dan anak
putri, pinggulnya mulai melebar.
b.
Ciri kelamin Skunder
Ciri-ciri antara lain, ialah:
a)
Mulai tumbuhnya rambut-rambut baru
di tempat baru baik pada anak putri maupun anak putra
b)
Anak putra lebih banyak bernafas
dengan perut, sedang anak putri lebih banyak bernafas dengan dadanya
c)
Suaranya mulai berubah atau parau
d)
Wajah anak putra lebih tampak
persegi dan wajah anak putri lebih tampak membulat.
c.
Ciri kelamin tertier
Ciri-ciri
itu antara lain
a)
Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan pun
mengalami perubahan. Demikian pula cara bergeraknya anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki tampak lebih kaku dan kasar, sedang anak
perempuan tampak lebih canggung
b)
Mulai tahu menghias diri, baik
anak putra maupun anak putri. Mereka berusaha menarik perhatian dengan
memamerkan segala perkembangannya, tetapi malu-malu
c)
Sikap batinnya kembali mengarah
kedalam (introvert) mulai percaya pada diri sendiri
d)
Perkembangan tubuhnya, mencapai
kesempurnaan dan kembali harmonis. Kesehatan pada anak masa ini sangat kuat,
sehingga jarang terjadi kematian pada saat ini.
2. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi,
emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
A.
Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh
manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua
organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Berkaitan
dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan
bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: (1) Sistem Syaraf, (2) Otot-otot, (3)
Kelenjar Endokrin, (4) Struktur Fisik atau Tubuh, yang meliputi tinggi, berat
dan proporsi.
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi
perkembangan aspek-aspek
perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual,
emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur
otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak.
Keterampilan motorik ini dibagi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan
kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun trangga; (b)
keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis,
mengggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola.
B.
Perkembangan Inteligensi
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan,
melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan
dengan kemampuan intelektual. Dalam
mengartikan inteliggensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertiuan yang
beragam. Diantaranya:
a.
Penyebaran inteligensi
Berdasarkan hasil pengukuran atau tes
inteligensi terhadap sampel yang dipandang mencerminkan populasinya, maka
dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan sebagai berikut:
Tingkatan Inteligensi
IQ(INTELLIGENCE
QUOTION)
|
KLASIFIKASI
|
140-
keatas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69
49
ke bawah
|
Jenius
Sangat
cerdas
Cerdas
Diatas
normal
Dibawah
normal
Bodoh
Terbelakang
(moron/debil)
Terbelakang
(imbecile/dan idiot)
|
C.
Perkembangan Emosi
1.
Pengertian Emosi
Menurut English and English, emosi adalah “A
complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular
activies” (suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai
karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono
berpendapat bahwa emosi merupakan “setiapkeadaan pada diri seseorang yang
disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat
yang luas (mendalam).
2.
Pengaruh Emosi Terhadap
Perilaku Dan Perubahan Fisik Individu
Dibawah ini ada
beberapa contoh tentang pengaruh prilaku individu di antaranya sebagai berikut.
a.
Memperkuat semangat
b.
Melemahkan semangat
c.
Menghambat atau mengganggu
konsentrasi belajar
d.
Terganggu penyesuaian sosial
e.
Suasana emosional yang diterima
dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian
hari, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Jenis-jenis Emosi dan Dampaknya Pada
Perubahan Fisik
Jenis Emosi
|
Perubahan Fisik
|
1.
terpesona
2.
marah
3.
terkejut
4.
kecewa
5.
sakit atau marah
6.
takut atau tegang
7.
takut
8.
tegang
9.
|
4.
reaksi elektris pada kulit
5.
Peredaran darah bertambah cepat
6.
Denyut jantung bertambah cepat
7.
bernapas panjang
8.
pupil mata membesar
9.
air liur mengalir
10. berdiri bulu roma
11. terganggu percernaan, otot-otot menegang atau bergetar
(tremor)
|
D.
Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan
faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah
dari Allah Swt, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya,
sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai
mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat
erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran itu
dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat
dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut.
a.
Usia 1,6 tahun, anak dapat
menyusun pendapat positif, seperti “bapak makan”
b.
Usia 2,6 tahun, anak dapat
menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti “bapak tidak makan”
c.
Pada usia selanjutnya, anak dapat
menyusun pendapat
1)
Kritikan: “tidak boleh, ini tidak
baik”
2)
Keragu-raguan
3)
Menarik kesimpulan analogi
E.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses
perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi dari orang tua ini sangat penting bagi anak,
karena dia masih terlalu muda dan terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk
membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan.
Kegiatan Orang Tua
|
Pencapaian Perkembangan Prilaku Anak
|
1.
Memberikan makan dan memelihara
kesehatan fisik anak
2.
Melatih dan menyalurkan
kebutuhan fisiologis
3.
Mengajar dan melatih
keterampilan
4.
mengenalkan lingkungan kepada
anak
5.
Mengajarkan tentang budaya
6.
mengembangkan keterampilan
|
1.
mengembangkan sikap percaya
kepada orang lain
2.
mampu mengendalikan dorongan
biologis dan belajar untuk menyalurkannya pada tempat yang diterima msyarakat
3.
belajar mengenal objek-objek,
belajar bahasa, berjalan, mengatasi hambatan
4.
mengembangkan pemahaman tentang
tingkah laku sosial, belajar menyesuaikan prilaku dengan tuntutan lingkungan
5.
mengembangkan pemahaman tentang
baik-buruk, merumuskan tujuan dan kriteria pilihan dan berprilaku yang baik
6.
belajar memahami perpektif
(pandangan) orang lain dan merespons harapan atau pendapat mereka secara
selektif
|
F.
Perkembangan Kepribadian
Secara
etimologis istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”.
Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa latin
“person” (kedok) dan “personare” (menembus). Jadi personal itu bukan pribadi
pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan
melalui kedok yang dipakainya. Sedangkan dalam terminologis kepribadian dapat
diartikan sebagai ”kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian
tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri.
G.
Perkembangan Moral
Istilah moral
berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan atau nilai-nilai tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip moral.
Perkembangan
moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh
nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Dalam
mengembangkan moral anak, peranan orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan
dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut.
a.
Konsisten dalam mendidik anak
b.
Sikap orang tua dalam keluarga
c.
Penghayatan dan pengamalan agama
yang dianut
d.
Sikap konsisten orang tua dalam
menerapkan moral
H.
Perkembangan Kesadaran
Moral
Salah satu kelebihan manusia sebagai mahluk Allah Swt,
adalah dia di anugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah
dan melakukan ajaran-Nya. dalam kata lain, manusia dikaruniai insting religius
(naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki
sebagai “Homo Devinans”, dan “Homo Religious”, yaitu mahluk yang bertuhan atau
beragama.
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek
rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang
direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah
maupun hablumminannas.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori
Proses Perkembangan Meliputi :
·
1. Teori yang
pertama Johann Friederische Herbart
·
Yang kedua, Teori Gestalt
(Wilhelm Wundt)
·
Yang ketiga, Teori
Sosialisasi (James Mark Baldwin)
·
Yang keempat, Teori Freudism
(Sigmund Freund)
Prinsip adalah asas, kebenaran yang
terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya, atau dalam arti
sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan yang
terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian
perubahan yang terjadi akibat kematangan
prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal
berikut:
1.
Perkembangan Merupakan Proses Yang
Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
2.
Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
3.
Perkembangan Itu Mengikuti Pola
atau Arah Tertentu
Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau
pola perkembangan sebagai berikut:
a.
Cephalocaudal &
proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke kaki
(cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke
pinggir: tangan (proximal-distal)
b. Struktur mendahului
fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi
setelah matang strukturnya.
c.
Perkembangan itu berdiferensiasi.
Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam
semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon
anak pada mulanya bersifat umum
d.
Perkembangan itu berlangsung dari
konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan
berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak
tampak)
e.
Perkembangan itu berlangsung dari
egosentrisme ke perspektivisme
f.
Perkembangan itu berlangsung dari
“outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat
bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan
kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma)
sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau
pengawasan dari luar (out control).
4
Perkembangan Terjadi Pada Tempo
Yang Berlainan
5
Setiap Fase Perkembangan
MempunyaiCiri Khas
6
Setiap Individu Yang Normal Akan
Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
Fase-fase Perkembangan
1.
Fase Peural
2.
Fase Negatif
3.
Fase Pubertas
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi,
emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
B.
SARAN
Demikian makalah ini kamu buat sebagai bahan pembelajaran
semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan kawan-kawan mahasisiwa/I
sekalian. Kami hanya menyarankan kepada pembaca semua untuk tetap mencari bahan referensi buku yang
lain karena kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam penyususnan
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Prof. Drs. Agoes Soejanto, Psikologi Perkembanagn,
Surabaya : Rineka
Cipta, 2005
, konsep dasar perkembangan,
Drs.
H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Bandung :
Pustaka Setia, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar