Halaman

Senin, 26 Desember 2011

PRINSIP DAN ASPEK PERKEMBANGAN


BAB I
PENDAHULUAN
1. HAKIKAT PERKEMBANGAN
A.                Gambaran terhadap adanya proses perkembangan
Kalau kita memperhatikan segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik kehidupan manusia, binatang, flora, fauna maupun benda-benda anorganik, kita akan melihat suatu hal yang abadi, yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu berubah, lambat atau cepat, berwujud penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan menurut sifat kodratnya masing-masing.
Demikian halnya dengan kehidupan manusia, yang bermula dari telur, kemudian melalui garis pertumbuhan : janin, bayi, kanak-kanak, anak, pemuda, adolesan, orang tua, dan akhirnya meninggal.
Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negativ yang lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan apapun, yang tentu saja akan merugikan.
Hal ini berlaku juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda, secara psikofisis. Aspek-aspek yang manakah yang berkembang dari kehidupan manusia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu lebih dahulu mengetahui hakikat manusia, yaitu bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang hidup dalam keadaan:
Ø  Psikofisis
Ø  Sosioindividuil
Ø  Culturilreligius
Ø  Psikopfisis, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, secara jasmaniah dan rohaniyah
Ø  Sosioindividuil, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, sosial dan individuil
Ø  Culturilreligius, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, dicipta (oleh  Maha Pencipta) dan mencipta (kebudayaan).

Bila kita perhatikan sifat-sifat tersebut tampak bahwa masing-masing selalu sepasang-pasang yang kelihatannya bertentangan satu sama lain, tetapi saling lengkap melengkapi.
Semua sifat itu dan semua aspek tersebut berkembang seluruhnya secara simultan selama mendapat kesempatan dan sejauh masih memungkinkan, menurut irama variasi dan isinya sendiri-sendiri.

B.                 Teori Proses Perkembangan
Bahwa sesuatu perkembangan selalu melalui suatu proses, mudah sekali dimengerti. Tapi bagaimana proses itu berlangsung, ada beberapa teori yang perlu kita ketahui, kebenarannya, atau kita renungkan demi perkembangan psikologi ini.
·         Teori yang pertama Johann Friederische Herbart
Teori yang tertua adalah yang diajukan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama Johann Friederische Herbart. Teorinya disebut teori asosiasi. Disebut demikian oleh karena Herbart berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan itu diatur dan dikuasai oleh kekuatan hukum asosiasi.
Herbart berpendapat bahwa terjadinya perkembangan adalah oleh karena adanya unsur-unsur yang berasosiasi, sehingga sesuatu yang semua bersifat simpel (unsur yang sedikit) makin lama makin banyak dan kompleks.
·         Yang kedua, Teori Gestalt (Wilhelm Wundt)
Mereka berpendapat bahwa proses perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simpel ke sesuatu yang kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh tetapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, tampak bagian-bagian dalam keseluruhan itu.  Bagian-bagian itu bukan merupakan pecahan dari Gestalt tadi, melainkan merupakan kesatuan-kesatuan tertentu yang baru berfaedah bila ia berada dalam Gestalt tersebut. Jadi dengan tegas mereka berpendapat bahwa perkembangan bukan proses asosiasi melainkan proses diferensiasi.
Pada masa bayi, ia mengalami proses diferensasi kemudian naik ke tahap (strata) masa kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ini proses diferensasi berjalan terus, kemudian naik ke strata masa anak. Demikian seterusnya.
·         Yang ketiga, Teori Sosialisasi (James Mark Baldwin)
Teori ini berpendapat bahwa proses perkembangan itu adalah proses asosiasi dari sifat individualis. Dalam hal ini Baldwin terkenal dengan teori : Circulair Reastion. Ia berpendapat bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi.
Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum efek (Law of effect). Tingkah laku pribadi seseorang adalah hasil peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri sedang adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. Oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dipertahankan. Selanjutnya oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dapat ditingkatkan faedah dan prestasinya. Dalam hal yang demikian inilah terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu menggunakan hasil peniruan itu  sesuai dengan kebutuhan sendiri. Teori ini mendapat dukungan dari W. Sern; Bechterev dan Koffka.
·         Yang keempat, Teori Freudism (Sigmund Freund)
Teori ini dikemukakan oleh seorang pemuka dalam psikologi, yang bernama Sigmund Freund. Dalam mengemukakan teorinya, ia menggunakan sebagai contoh:
Pada masa bayi, manusia belum bermoral kemudian sudah memiliki moral secara heterogen dan akhirnya memiliki moral dengan norma yang ditetapkan sendiri secara otonom.
Proses pemilikan moral dari heterogen ke moral otonom ini disebut internalisasi. Sebab norma moral tersebut ditentukan sendiri oleh manusia dengan menggunakan faktor internnya.
Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi. Oleh karena proses ini menggunakan masyarakat sebagai faktor utama maka teori ini dapat dimaksudkan pula teori sosialisasi. Yang dapat dimaksudkan pula sebagai teori sosialisasi adalah teori Langeveld.
Ini menyusun teorinya atas empat asas, yaitu :
Ø  Asas biologis;
Ø  Asas ketidakberdayaan;
Ø  Asas keamanan; dan
Ø  Asas eksplorasi.
Mula-mula perkembangan yang dialami manusia adalah perkembangan biologis. Yaitu dari telur ke janin, kemudian menjadi bayi dan seterusnya, kemudian baru secara psikis. Yang bermula dari sifatnya yang tidak berdaya. Tetapi karena tidak berdaya inilah justru memungkinkan terjadinya perkembangan, bila ia berada dalam pergaulan antar manusia. Untuk itu ia memerlukan rasa aman, rasa dilindungi, sehingga memungkinkan adanaya kesempatan untuk berimitasi, adaptasi maupun identifikasi.
Selanjutnya, karena perkembangan itu sendiri ada pada dirinya secara kodrat, maka si anak mengadakan eksplorasi, untuk memungkinkan diri sebagai warga masyarakat. Demikianlah, proses perkembangan itu berlangsung sampai dewasa.







BAB II
PRINSIP DAN ASPEK PERKEMBANGAN
1.                                          PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
A. Pengertian Prinsip
Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya, atau dalam arti sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian perubahan yang terjadi akibat kematangan.
Dalam buku konsep dasar perkembangan menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal berikut:  
1.                  Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.                  Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terhadap hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dan perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.                  Perkembangan Itu Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkewmbangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan persyaratan bagi perkembangan selanjutnya.
Sementara itu, Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu sebagai berikut:
a.       Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal)
b.      Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya.
Arah Tahap Perkembangan Anak
TAHAP PERKEMBANGAN
JENIS PERKEMBANGAN
Usia 4-16 Minggu
Bayi dapat menguasai 12 macam otot ocular motornya
Usia 16-24 Minggu
Bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya dan menggerakkan tanganny. Ia mulai dapat meraih benda-benda
Usia 28-40 Minggu
Ia dapat menguasai badan dan tangannya,. Ia mulai dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda
Tahap kedua
Anak sudah pandai berjalan dan berlari, dapat menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya)
Tahap ketiga
Anak dapat berbicara dalam kalimat dan menggunakan kata-kata sebagai alat berfikir
Tahap keempat
Anak mulai banyak bertanya dan dapat berdiri sendiri
Tahap kelima
Anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik motorisnya. Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan.

c.       Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum
d.      Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak)
e.       Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme
f.       Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control).
4.      Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
5.      Setiap Fase Perkembangan MempunyaiCiri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b) pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain)
6.      Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
   Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.


B. Fase-fase Perkembangan
            Pada setiap fase, dibedakan atas beberapa fase lagi. Demikian pula halnya pada masa pemuda ini, dibedakan lagi atas tiga fase, yaitu:
1.Fase Peural
                        Pueral, berasal dari kata puer yang artinya anak laki-laki. Dalam hal ini mulai terjadi hal yang baru, dalam pergaulan anak. Yaitu anak laki-laki mulai memisahkan diri dari anak perempuan. Anak laki-laki memandang anak perempuan sebagai menjijikan dan anak perempuan memandang anak laki-laki sebagai tukang membual. Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri yang sama pada mereka, terutama dalam cara mereka bergaul. Ciri-ciri itu antara lain, ialah:
                                            i.            Mereka tidak mau lagi disebut anak, sebutan anak dirasakan sebagai merendahkan diri mereka
                                          ii.            Mereka mulai memisahkan diri dari orang tuanya, atau orang-orang dewasa lain yang ada disekitarnya
                                        iii.            Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
                                        iv.            Mereka memiliki sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang dipandang sebagai memiliki kelebihan
                                          v.            Mereka adalah pengembara-pengembara ulung
                                        vi.            Pandangannya lebih baik diarahkan keluar (ekstravert) dan kurang bersedia untuk meluhat dan mencapai dirinya sendiri
                                      vii.            Mereka itu adalah pemberani, yang kadang-kadang kurang perhitungan dan agak melupakan tata susila.

2.                  Fase Negatif
Pada fase ini anak lebih banyak bersikap negative, atau sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi Karl Buhler berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan bahwa ciri-cirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. Adapun ciri-ciri pada fse ini antara lain, ialah:
a.       Terhadap segala sesuatu, si anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju dan sebagainya
b.      Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya
c.       Sering melamun tak menentu, dan kadang berputus asa.

Terhadap sikap seperti ini orang tua dan guru sering bersikap jengkel, marah atau putus asa, bingung dan bertanya-tanya, tanpa mengetahui apa sebabnya. Tetapi bagi orang tua dan guru yang mengerti akan bersikap membiarkan keadaan itu berlalu untuk beberapa bulan. Sebab sikap itu justru menunjukan bahwa anaknya telah melalui suatu fase yang biasa dilalui oleh semua orang.

3.            Fase Pubertas
Puber atau remaja, masa inilah yang berlangsung paling lama diantara kedua fase yang lain.
Ciri-ciri fase inipun didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang tampak diluar maupun yang ada didalam tubuhnya. Perbedaan itu ialah:
a.       Ciri kelamin Primer
yaitu ciri-ciri, yang pertama-tama menampakkan diri dari luar.
a)      Pada saat itu kelenjar anak putra mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel sperma dan bagi anak putri kelenjar kelaminnya  mulai menghasilkan sel telur
b)      Anak putra mengalami polusi pertama, dan anak putri mulai mengalami menstruasi, yang berlangsung sebulan sekali
c)      Tubuh berkembang dengan luar biasa, sehingga tampak seakan-akan tidak harmonis dengn anggota badan yang lain. Anak putra dadanya bertambah bidang dengan otot-otot yang kuat dan anak putri, pinggulnya mulai melebar.
b.      Ciri kelamin Skunder
Ciri-ciri antara lain, ialah:
a)      Mulai tumbuhnya rambut-rambut baru di tempat baru baik pada anak putri maupun anak putra
b)      Anak putra lebih banyak bernafas dengan perut, sedang anak putri lebih banyak bernafas dengan dadanya
c)      Suaranya mulai berubah atau parau
d)     Wajah anak putra lebih tampak persegi dan wajah anak putri lebih tampak membulat.
c.       Ciri kelamin tertier
Ciri-ciri itu antara lain
a)      Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan pun mengalami perubahan. Demikian pula cara bergeraknya anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki tampak lebih kaku dan kasar, sedang anak perempuan tampak lebih canggung
b)      Mulai tahu menghias diri, baik anak putra maupun anak putri. Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi malu-malu
c)      Sikap batinnya kembali mengarah kedalam (introvert) mulai percaya pada diri sendiri
d)     Perkembangan tubuhnya, mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis. Kesehatan pada anak masa ini sangat kuat, sehingga jarang terjadi kematian pada saat ini.

2.          ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.

A.    Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:          (1) Sistem Syaraf, (2) Otot-otot, (3) Kelenjar Endokrin, (4) Struktur Fisik atau Tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan      aspek-aspek perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan motorik ini dibagi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun trangga; (b) keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis, mengggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola.
B.     Perkembangan Inteligensi
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan inteliggensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertiuan yang beragam. Diantaranya:

a.       Penyebaran inteligensi
Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel yang dipandang mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan sebagai berikut:
Tingkatan Inteligensi
IQ(INTELLIGENCE QUOTION)
KLASIFIKASI
140- keatas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69
49 ke bawah
Jenius
Sangat cerdas
Cerdas
Diatas normal
Normal
Dibawah normal
Bodoh
Terbelakang (moron/debil)
Terbelakang (imbecile/dan idiot)
C.    Perkembangan Emosi
1.      Pengertian Emosi
Menurut English and English, emosi adalah A complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activies (suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “setiapkeadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).

2.      Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Dan Perubahan Fisik Individu
Dibawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh prilaku individu di antaranya sebagai berikut.
a.       Memperkuat semangat
b.      Melemahkan semangat
c.       Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar
d.      Terganggu penyesuaian sosial
e.       Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Jenis-jenis Emosi dan Dampaknya Pada Perubahan Fisik
Jenis Emosi
Perubahan Fisik
1.   terpesona
2.   marah
3.   terkejut
4.   kecewa
5.   sakit atau marah
6.   takut atau tegang
7.   takut
8.   tegang
9.       
4.      reaksi elektris pada kulit
5.      Peredaran darah bertambah cepat
6.      Denyut jantung bertambah cepat
7.      bernapas panjang
8.      pupil mata membesar
9.      air liur mengalir
10.  berdiri bulu roma
11.  terganggu percernaan, otot-otot menegang atau bergetar (tremor)
D.    Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah Swt, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut.
a.       Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti “bapak makan”
b.      Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti “bapak tidak makan”
c.       Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat
1)      Kritikan: “tidak boleh, ini tidak baik”
2)      Keragu-raguan
3)      Menarik kesimpulan analogi
E.     Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi dari orang tua ini sangat penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan.

Kegiatan Orang Tua
Pencapaian Perkembangan Prilaku Anak
1.   Memberikan makan dan memelihara kesehatan fisik anak
2.   Melatih dan menyalurkan kebutuhan fisiologis


3.   Mengajar dan melatih keterampilan
4.   mengenalkan lingkungan kepada anak

5.   Mengajarkan tentang budaya


6.   mengembangkan keterampilan
1.   mengembangkan sikap percaya kepada orang lain

2.   mampu mengendalikan dorongan biologis dan belajar untuk menyalurkannya pada tempat yang diterima msyarakat
3.   belajar mengenal objek-objek, belajar bahasa, berjalan, mengatasi hambatan
4.   mengembangkan pemahaman tentang tingkah laku sosial, belajar menyesuaikan prilaku dengan tuntutan lingkungan
5.   mengembangkan pemahaman tentang baik-buruk, merumuskan tujuan dan kriteria pilihan dan berprilaku yang baik
6.   belajar memahami perpektif (pandangan) orang lain dan merespons harapan atau pendapat mereka secara selektif

F.     Perkembangan Kepribadian
Secara etimologis istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Jadi personal itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya. Sedangkan dalam terminologis kepribadian dapat diartikan sebagai ”kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri.

G.    Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip moral.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Dalam mengembangkan moral anak, peranan orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut.
a.       Konsisten dalam mendidik anak
b.      Sikap orang tua dalam keluarga
c.       Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
d.      Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan moral
H.    Perkembangan Kesadaran Moral
Salah satu kelebihan manusia sebagai mahluk Allah Swt, adalah dia di anugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. dalam kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Devinans”, dan “Homo Religious”, yaitu mahluk yang bertuhan atau beragama.
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.












BAB II
PENUTUP
A.  KESIMPULAN

Teori Proses Perkembangan Meliputi :
·         1. Teori yang pertama Johann Friederische Herbart
·         Yang kedua, Teori Gestalt (Wilhelm Wundt)
·         Yang ketiga, Teori Sosialisasi (James Mark Baldwin)
·         Yang keempat, Teori Freudism (Sigmund Freund)
            Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya, atau dalam arti sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian perubahan yang terjadi akibat kematangan
prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal berikut:  
1.      Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
2.      Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
3.      Perkembangan Itu Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut:
a.       Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal)
b.      Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya.
c.       Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum
d.      Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak)
e.       Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme
f.       Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control).

4        Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan
5        Setiap Fase Perkembangan MempunyaiCiri Khas
6        Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
 Fase-fase Perkembangan
1.      Fase Peural
2.      Fase Negatif
3.      Fase Pubertas
 ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
B. SARAN
Demikian makalah ini kamu buat sebagai bahan pembelajaran semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan kawan-kawan mahasisiwa/I sekalian. Kami hanya menyarankan kepada pembaca semua  untuk tetap mencari bahan referensi buku yang lain karena kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam penyususnan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA


Prof. Drs. Agoes Soejanto, Psikologi Perkembanagn, Surabaya : Rineka Cipta, 2005


, konsep dasar perkembangan,


Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar