BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern memasuki dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19 M,
yang dalam sejarah islam di pandang sebagai permulaan priode modern. Kontak
dengan Dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia islam seperti
Rasionalisme, Nasionalisme, Demokrasi dan sebagainya. Semua itu menimbulkan
persoalan-persoalan baru itu.
Dengan demikian timbulah
pembaharuan–pembaharuan dalam dunia islam yang disebut modern dan mempunyai
tujuan untuk mrmbawa umat islam kepada kemajuan, salah satu tokoh dari
pembaharuan dalam islam Muhamad Abduh, perlu di tegaskan bahwa bagi Muhamad
tidak cukup hanya kembali kepada ajaran-ajaran asli itu, karena zaman dan
suasana umat islam zaman klasik, ajaran–ajaran asli itu perlu di sesuaikan
dengan keadaan modern sekarang.
Pendapat–pendapat dan ajaran–ajaran
Muhamad Abduh atas pembaharuan Dunia
islam pada umumnya terutama dunia arab melalui karangan–karangan Muhamad Abduh
sendiri, dan melalui tulisan-tulisan
murid–murid serta pengikutnya seperti Muhamad Rasyid Rida dengan majalah
Al-Manar dan Tafsir Al-Manar, Qasim Amin dengan buku Tahrir Al-Mal’ah, Farid
Wajdi dengan Dairah Al-Ma’arif dan karangan–karangan yang lain, Syaikh Tantawi
Jauhari dengan Al-Taj al-murassa ’bi Jawahir Al-Qur’an Wa Al-’Ulum, kaum
intelek atasan mesir seperti Muhammad Husain Haykal dengan bukunya Hayah
Muhammad; Abu Bakar dan sebagainya; Ahmad Lutfi Al-Sayyid, Ali Abd Al-Raziq,
Taha Husain, dan tak boleh dilupakan Sa’ad Zaqlul, Bapak kemerdekaan Mesir.
Karangan–karangan Muhammad
Abduh sendiri telah banyak diterjemahkan kedalam bahasa Turki, Urdu dan
Indonesia. Di dalam Makalah ini akan membahas tentang pemikiran–pemikiran Murid
dan Pengikut Muhammad Abduh yang telah di sebutkan tokoh–tokohnya diatas, Di
mana ide–idenya tidak jauh dari pada pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Murid Dan Pengikut Muhammad Abduh
Yang dimaksud dengan
murid–murid ialah orang–orang yang sempat bergaul dan belajar secara formal
maupun informal pada seseorang secara face to face. Adapun yang dimaksud
pengikut–pengikut ialah orang–orang yang tidak sempat menjadi Murid tetapi
banyak di pengaruhi oleh ide–idenya.
Seperti yang sudah kita
ketahui dalam pembahasan pertama bahwa Muhammad Abduh adalah seorang Tokoh
dalam pembaharu dunia islam. Beliau lahir pada 1849 di suatu desa di Mesir
hilir dan wafat pada tahun 1905 dan beliau trkenal sebagai pemimpin islam di
zaman modern. Dan dimasa hidupnya beliau mempunyai Murid dan Pengikut yang
setia kepadanya diantaranya ialah sebagai berikut :
- Rasyid
Rida
Rayid Rida adalah Murid Muhammad Abduh yang
terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Libanon yang
letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Syiria), menurut ketrangan ia berasal
dari keturunan Al-Husai, cucu Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu ia memakai
gelar Al-Sayyid di depan namanya.
Pemikiran-pemikiran
pembaharuan yang dimajukan Rasyid Rida, tidak banyak berbeda dengan ide-ide
Muhammad Abduh dan Jamaludin Al-Afgani. Ia juga berpendapat bahwa umat islam mundur karena tidak lagi
menganut ajaran-ajaran islam yang sebenarnya. Pengertian umat islam tentang
ajaran-ajaran agama salah dan perbuatan-perbuatan mereka telah menyeleweng dari
ajaran-ajaran islam yang sebenarnya ke dalam
Islam telah banyak masuk bid’ah yang merugikan bagi perkembangan dan
kemajuan umat. Di antara bid’ah itu ialah pendapat bahwa dalam islam terdapat
ajaran kekuatan batin yang membuat pmiliknya dapat memperoleh segala apa yang
di kehendakinya, sedangkan kebahagian di akhirat dan dunia di peroleh, demikian
Rasyid Rida,[1]
melalui hukum alam yang di ciptakan Tuhan. Satu bid’ah lain yang mendapat
tantangan keras dari Rasyid Rida ialah ajaran syekh–syekh Tarekat tentang tidak
pentingnya hidup duniawi, tentang Tawakal, tentang pujaan dan kepatuhan
berlebih–lebihan pada syekh dan wali. Oleh karena itu menurutnya umat harus
dibawa kembali kepada ajaran islam yang sebenarnya, murni dari segala bid’ah
yang mendatang itu. Islam murni itu sederhana sekali, sederhana dalam ibadah
dan sederhana dalam muamalatnya.
Sebagai telah di sebut diatas
, Rasyid Rida mengakui terdpatnya pagam fatalisme di kalangan umat islam. Ia
sepaham dengan koleganya, Abd Al-Rahman Al- Kawakibi, bahwa salah satu dari
sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat islam ialah fatalisme (aqidatul
jabi) itu. Dan selanjutnya salah satu sebab yang membawa masyarakat Eropa
kepada kemajuan ialah paham Dinamika yang terdapat di kalangan mereka. Islam
sebenarnya mengandung ajaran dinamika, orang islam di suruh bersikap aktif.
Dinamika dan sikap aktif itu terkandung dalam kata jihad. Jihad dalam arti
berusaha keras, dan sedia memberi pengorbanan, harta bahkan juga jiwa, untuk
mencapai tujuan perjuangan. Paham jihad serupa inilah yang menyebabkan umat
islam di zaman klasik dapat menguasai dunia.
Rasyid Rida, sebagai Muhammad
Abduh, menghargai akal manusia, sungguh pun penghargaannya terhadap akal tidak
setinggi penghargaan yang diberikan oleh gurunya. Akal dapat dipakai terhadap
ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak terhadp ibadah. Ijtihad
diperlukan hanya untuk soal-soal hidup kemasyarakatan. Terhadap ayat dan hadis
yang mengandung arti tegas, ijtihad tidak bisa dipakai lagi, akal dapat
dipergunakan terhadap Ayat dan Hadits yang tidak mengandung arti tegas dan
terhadap persoalan-persoalan yang tidak
tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadits. Disinilah terletak dinamika islam dalam
paham Rasyid Rida.
- Qasim
Amin
Qasim Amin adalah seorang ahli
hukum yang belajar di prancis dan mempunyai hubungan persahabatan yang erat
dengan Muhammad Abduh, sehingga beliau di katakan murid dan pengikut Muhammad
Abduh karena sempat bergaul dan belajar bersama.
Di sini terdapat perbedaan
antara guru dan murid, Muhammad Abduh masih terikat pada masa lampau dan
memandang peradaban islam di zaman klasik sebagai contoh yang harus ditiru,
sedangkan Qasim Amin telah mulai melepaskan diri dari ikatan masa lampau dan
lebih banyak menoleh ke masa depan. Di sanalah terletak peradaban islam baru
yang dasarnya berbeda dengan dasar peradaban islam klasik. Kalau Rasyid Rida
tidak seliberal guru. Qasim Amin sebaliknya melampaui guru dalam keliberalan.
Pemikiran Qasim Amin salah
satunya ialah mengenai kedudukan wanita, ide inilah yang di kupas Qasim Amin
dalam bukunya Tahrir Al-Mar’ah (”Emansipasi Wanita). Menurut pendapatnya, umat
islam mundur karena kaum wanita, yang di mesir merupakan setengah dari
pendududk , tidak pernah memperoleh pendidikan sekolah. Pendidikan wanita
perlu, bukan hanya agar mereka dapat mengatur rumah tangga dengan baik, tetapi
lebih dari itu untuk dapat memberikan didikan dasar bagi anak-anak.
Ia menantang pilihan sepihak,
yaitu dari pihak pria dalam soal perkawinan, menurut pendapatnya, wanita harus
di beri hak yang sama dengan pria dalam memilih jodoh. Oleh karena itu ia
menuntut supaya istri diberi hak cerai, sungguhpun poligami di sebut dalam
Al-Qur’an ia berpendapat bahwa islam pada hakikatnya menganjurkan monogami.
Ide Qasim Amin yang banyak
menimbulkan reaksi di zamannya ialah pendapat bahwa penutupan wajah wanita dan
pemisahan wanita dalam pergaulan bukanlah Ajaran Islam karna tidak terdapat
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Menurut pendapatnyapenutupan wajah dan pemisahan
wanita membawa kepada kedudukan rendah dan menghambat kebebasan dan
pengembangan daya-daya mereka untuk mencapai kesempurnaan.
Dari berbagai pihak
berdatangan kritik dan protes terhadap ide-ide yang di kemukakan Qasim Amin itu
sehingga ia melihat perlu memberi jawaban yang keluar dalam bentuk buku bernama
Al-Mar’ah Al-Jadidah (”wanita modern”) dalam buku itu ia lebih kuat lagi mempertahankan
kebebasan wanita.
Barat memang telah mencapai
peradaban yang tinggi, dan ini di dasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan.
Peradaban yang didirikan umat islam di zaman
klasik tidak di dasarkan atas ilmu pengetahuan yang telah berkembang,
karena ilmu pengetahuan modern belum lahir di waktu itu. Menurutnya peradaban
islam yang lampau itu tidak dapat lagi dipakai sebagai model, untuk kemajuan
umat islam seharusnya jangan lagi menoleh ke belakang, tetapi ke depan dengan
menempuh jalan yang telah di tempuh barat yaitu ilmu pengetahuan modern
3. Muhammad Farid Wajdi
Muhammad
Farid Wajdi adalah seseorang yang banyak membaca dan banyak mengarang untuk
membela islam terhadap serangan-serangan dari luar, salah satu bukunya bernama
Al-Madaniah Wa Al-Islam (”peradaban modern dan islam”) dan di dalamnya ia
menjelaskan bahwa orang barat menilai
islam dari praktek-praktek umat islam yang berada di bawah kekuasan mereka.
Dalam buku itu ia mencoba menjelaskan islam
yang senenarya, islam yang tidak bertentangan dengan peradaban modern.
Menurut pendapatnya ”tidak satu pun dari dasar-dasar dan teori-teori ilmiah
yang membawa kepada kemajuan umat manusia seperti, trdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadits sendiri”, kenyataan ini menjadi argumen kuat untuk membuktikan kebenaran
islam. Dan ia juga brpendapat bahwa islam sejati adalah yang sesuai dengan
peradaban.
Farid
Wajli juga mengarang ensiklopedia yang bernama ”Dairah Al-Ma’arif Al-Qur’an
Al-Isyrin dan tersusun dari sepuluh jilid. Menurut keterangan buku itu ia
karang tanpa bantuan orang lain. Ensiklopedi ini banyak mengandung ide-ide
modern.
4. Syaikh Tantawi Jauhari
Syaikh
Tantawi Jauhari adalah Murid Muhammad Abduh yang menonojolkan ajarannya tentang Sunatullah.
Guru banyak menyebutkn Sunatullah yang tidak berubah-ubah, hukum alam yang
diciptkan tuhan dan yang harus di patuhi alam dalam peredarannya. Oleh karena
itu Syaikh Tantawi Jauhari banyak menulis tentang ilmu bintang dan ilmu alam
dalam buku-buku Al-Jaj Al- Murassa ’bi Jawahir Al-Qur’an Al ulum (”mahkota yang
dihiasi dengan permata-mata Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan”) Jamal al-’lam
(”keindahan alam”), dan Al-Nizam Wa al-’alam (”peraturan dan alam”).
5. Ahmad Lutfi Al-Sayyid
Ahmad
Lutfi Al-Sayyid, seperti Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaqlul, ia berasal dari daerah
pedesaan Mesir tetapi setelah memasuki Madrasah tradisional pindah ke kairo
untuk belajar pada sekolah Modern.
Pada
tahun 1889 ia meneruskan pelajaran pada Perguruan Tinggi Hukum. Di Kairo ia
masuk ke dalam lingkungan teman dan murid Muhammad Abduh, ia banyak
membaca buku karangan filosof-filosof
barat.
Ide-ide
Lutfi Sayyid ialah tentang ide kemerdekaan dan kebebasan. Kebebasannya ialah
dalam berfikir dan kemerdekaan dalam hidup kemasyarakatan dari ikatan-ikatan
politik yang berlebih-lebihan. Negara yang menjadi idamannya ialah Negara yang
bercorak Liberal, sedangkan Negara yang menjadi pimpinan oleh seorang rasa yang
Absolut ia tantang, karena menurut pendapatnya kemerdekaan individu erat
hubungannya dengan kemerdekaan Negara. Lutfi Sayyid juga menganut paham
Nasionalisme, dan Nasionalismenya ialah Nasionalisme Mesir.
6. Taha Husain
Taha
Husain berasal dari keluarga petani yang dimasa kecilnya mendapat penyakit yang
membuat ia kehilangan penglihatannya. Setelah lulus dari madrasah ia
melanjutkan pelajarannya di Al-Azhar. Di sinilah ia bertemu dengan ide-ide
Muhammad Abduh dan murid-muridnya, terutama Lutfi Sayyid. Selanjutnya ia
belajar bahasa prancis, mengikuti kuliah di Universita Kairo dan kemudian pergi
ke Paris. Di sana ia belajar selama empat tahun dan kawin dengan putri prancis.
Setelah
itu pada tahun 1919 ia kembali ke Kairoh dan bekerja sebagai Dosen di
Universitas Kairoh dan Universitas Alexandria. Ia banyak mengarang terutama
bidang Sastra Arab. Ia berpendapat bahwa sebagian besar dari Sastra Arab
Jahiliah.
Taha Husain mendapat tantangan keras dan kritik,
karenaide itu menghancurkan dasar keyakinan pada keorisinilan syair jahiliah.
Ia ingin supaya Mesir maju dan modernseperti Eropa. Ia berpendapat bahwa untuk
itu Mesir mesti mengikuti jejak Eropa.
Taha
Husain juga menganut Paham Nasionalisne Mesir, ia beserta murid-murid Muhammad
Abduh lainnya tidak melepaskan diri dari ikatan Agama.
7. Ali Abd Al-Raziq
Ali
Abd Al-Rariq adalh putra dari seorang sahabat Muhammah Abduh tetapikarena masih
kecil ia tidak sempat menjadi muridnya, setelah selesai dari Al-Azhar ia
meneruskan studi di Oxford.
Persoalan
di zaman Ali Abd Al-Raziq ialah tentang
khalifah yang telah di hapuskan Mustafa Kamal pada tahun 1924. Dan persoalan
ini menimbulkan kehebohan di dunia
islam, karena mereka menganggap sistem Khalifah merupakn ajaran daar dan
penghapusannya bertentangan dengan Ilam.
Ali
Abd Al-Raziq berpendapat lain yang ia jelaskan dalam buku ”Al-Islam Wa Al-Hukm”
(islam dan ketatanegaraan), menurut pendapatnya sistem pmerintahan tidak di
singgung-singgung oleh Al-Qur’an dan Hadits.
Pendapat
liberal yang dikemukakan oleh Ali Abd Al-Raziq ini mendapat kritik dan
tantangan kerasdari berbagai golongan umat islam yang ada pada aktu itu,
termasuk Rasyid Rida seoang murid terdekat Muhamamad Abduh yang mana beliau
mempertahankan sistem khalifah dan memandang pendapat Ali Abd Al-Raziq itu akan
memperlemah umat islam, selain itu juga Ali Abd Al-Raziq mendapat tantangan
keras yang datang dari Al-Azhar, mereka menganggap buku itu mengandung pendapat
yang bertentangan denagn ajaran islam. Sehingga Ali Abd Al-Raziq tidak dapat di
akui sebagai seorang ulama, dan namanya dihapus dari daftar Al-Azhar,
selanjutnya ia di pecat pula dari jabatan hakim agama yang dipegangnya.
8. Sa’ad Zaglul
Sa’ad
Zaglul seorang yang dikenal dengan Bapak kemewrdekaan Mesir. Ia adlah sama
dengan Muhammad Abduh, beraal dari lingkungan desa yang belum kenal pada
Sekolah Modern. Pendidikan pertamanya di Madraah tradisional dan pada tahun
1871 ia melanjutkan pelajarannya di Al-Azhar dan menjadi murid jamaludin
Al-Afgani dan Muhammad Abduh, bahkan ia turut serta dan pernah ditangkap
bersama gurunya pada waktu menjalankan kegitan politik.
Sa’ad Zaglul pernah bekerja
sebagai Pengacara dan Hakim. Maka untuk memperdalam pengetahuannya tentang
Hukum Barat ia memasuki ”Perguruan Tinggi Hukum Prancis” di Kairo, namanya
mulai di kenal pada tahun 1896, ia kawin dengan Putri Perdana Menteri yang ada
pada waktu itu.
Tujuan politik Sa’ad Zaglul
ialah mewujudkan ide gurunya, yait membatai kekuasaan otokrasi khedewi (sultan)
Mesir dan melepaskan Mesir dari kekuaaan Inggri.
Sasaran politik utama Sa’ad
Zaglul bukan lagi pemerintahan khedewi,
tetapi kekuaan Inggris di Mesir. Tujuan utamanya ialah kemardekaan Mesir. Dan
pada tahun 1922 Mesir memperoleh kemerdekaannya.
Paham Nasionalisme Sa’ad
Zaglul sesuai dengan pendapat Al-Tahtawi dan Muhammad Abduh, mengambil tanah
air sebagai dasar, yang di perjuangkan
ialh Nasionalisme Mesir dan bukan Nasionalisme Arab.
Untuk kemajuan Mesir,
pembaharuan dalam pendidikan dan bidang Hukum perlu diadakan. Pendidikan Mesti
terbuka bagi semua orang, termasuk fakir miskin, jumlah sekolah ia perbanyak,
dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar secara berangsur ia tukar dengan Bahasa Arab. Dalam Bidang Politik ia dirikan
”Perguruan Tinggi Hakim Agama”. Tujuannya untu memberikan pendidikan Modern
bagi calon-calon Hakim Agama. Sebagaimana gurunya, ia juga menentang
pemerintahan Absolut dan ia menghendaki pemerintahan Demokrasi, yang harus
beruasaha mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, baik Islam maupun non
Islam.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dalam dunia
islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk membawa umat islam kepada
kemajuan. Salah satu tokoh dari pembaharuan dalam islam ialah Muhammad Abduh.
Pendapat – pendapat dan ajaran – ajarannya atas pembaharu dunia islam yang pada
umumnya terutama dunia arab melalui karangan – karangan Muhammad Abduh dan
melalui tulisan – tulisan murid serta pengikutnya, diantara murid dan pengikut
muhammad abduh ialah :
- Rasyid
Ridho
Pemikirannya tidak banyak
berbeda dengan ide – ide Muhammad Abduh dan Jamaludin Al – Afgani, ia
berpendapat bahwa umat islam mundur karna tidak lagi menganut ajaran – ajaran
islam yang sebenarnya.
- Qosim
Amin
Qosim Amin adalah seorang ahli
hukum yang belajar diperancis dan mempunyai hubungan persahabatan dengan
muhammad abduh, sehingga beliau dikatan murid dan pengikut muhammad abduh.
Disini terdapat perbedaan antara guru dan murid, muhammad abduh masih terikat
pada masa lampau, sedangkan Qosim Amin telah mulai melepaskan diri dari ikatan
masa lampau dan lebih banyak ke masa depan.
- Muhammad
Faridh Wajdi
Beliau adalah seorang banyak
membaca dan mengarang untuk membela islam terhadap serangan dari luar. Diantara
karangan – karangan ialah ”Al – Madaniah
Wa Al – islam ”(peradaban modern dan islam)” dan juga buku Ensiklopedia yang
bernama ”Dairah Al – Ma’arif Al - Qur’an Al – Isyrim yang tersususn dari
sepuluh jilid.
- Syaikh
Tantawi Jauhari
Syaikh Tantawi Jauhari adalah
murid muhammad abduh yang menonjolkan ajaran tentang sunatullah. Oleh karena
itu beliau banyak menulis tentang ilmu binatang dan ilmu alam, dalam bukunya Al
– Taj Al – murassa’ bi jawahir Al - Qur’an Al – ’Ulum, Jamal Al – Alam dan Al –
Nizam Wa Al – ’Alam.
- Ahmad
Lutfi Al – sayyidi
Ide – ide lutfi sayid ialah
tentang ide kemerdekaan dan kebebasan, seperti muhammad abduh dan sa’ad zaglul
yang menentang pemimpin yang absolut.
- Taha
Husain
Ia berpendapat bahwa sebagian
besar dari sastra arab jahiliah. Taha Husain mendapat tantangan keras dan
kritik, karena ide itu menghancurkan dasar keyakinan pada keorisinilan syair
jahiliah.
- Ali Abd
Al – Raziq
Beliau adalah seorang yang
tidak sempat menjadi muridnya akan tetapi beliau menganut ide – ide muhammad
abduh. Beliau menganut paham liberal salah satu persoalan di zamannya ialah
tentang kholifah yang mana menurutnya bukan ajaran dasar dan penghapusannya tidak
bertentangan dengan islam karena sistem pemerintahan tidak disinggung oleh
Al-Quran dan hadits.
- Saad zaglul
Saad zaglul ialah seseorang yang dikenal
dengan bapak kemerdekaan Mesir. Ia menganut paham Nasionalisme sesuai dengan
pendapat Al-Tahtawi dan Muhammad Abduh, yaitu mengambil tanah air sebagai
dasar. Yang diperjuangkannya ialah Nasionalisme Mesir dan bukan Nasionalisme
Arab.
KATA PENGANTAR
Segala puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas curahan nikmatnya penulis
bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini. Dimana makalah ini diajukan sebagai
salah satu tugas pada mata kuliah PPMDI dalam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
(STIT) AL – Khairiyah Citangkil – Cilegon. Dengan judul ”MURID DAN PENGIKUT MUHAMMAD ABDUH”. Dan dengan selesainyai
penyususnan makalah ini, penyususn mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
– pihak yang telah membantu.
Dalam
penulisan makalah ini disadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan
terutama dalam bidang isi dan sistematika penulisannya. Untuk itu tegur sapa
dan koreksi serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Cilegon, Oktober 2009
Penyusun
|
|||
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang
Makalah ............................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Murid Dan Pengikut
Muhammad Abduh .................................... 2
1. Rasyid Ridho ................................................................... 2
2. Qosim Amin ..................................................................... 4
3. Muhammad Farid Wajdi .................................................. 5
4. Syekh Tantawi Jauhari
..................................................... 5
5. Ahmad Lutfi Sayyid ........................................................ 6
6. Taha Husain ..................................................................... 6
7. Ali Abd AL – Raziq ........................................................ 7
8. Saad Zaglul ...................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................... 9
A. Kesimpulan ............................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar