Halaman

Senin, 26 Desember 2011

MURID DAN PENGIKUT MUHAMMAD ABDUH


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad ke-19 M, yang dalam sejarah islam di pandang sebagai permulaan priode modern. Kontak dengan Dunia Barat selanjutnya membawa ide-ide baru ke dunia islam seperti Rasionalisme, Nasionalisme, Demokrasi dan sebagainya. Semua itu menimbulkan persoalan-persoalan baru itu.
Dengan demikian timbulah pembaharuan–pembaharuan dalam dunia islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk mrmbawa umat islam kepada kemajuan, salah satu tokoh dari pembaharuan dalam islam Muhamad Abduh, perlu di tegaskan bahwa bagi Muhamad tidak cukup hanya kembali kepada ajaran-ajaran asli itu, karena zaman dan suasana umat islam zaman klasik, ajaran–ajaran asli itu perlu di sesuaikan dengan keadaan modern sekarang.
Pendapat–pendapat dan ajaran–ajaran Muhamad Abduh atas pembaharuan  Dunia islam pada umumnya terutama dunia arab melalui karangan–karangan Muhamad Abduh sendiri, dan melalui tulisan-tulisan  murid–murid serta pengikutnya seperti Muhamad Rasyid Rida dengan majalah Al-Manar dan Tafsir Al-Manar, Qasim Amin dengan buku Tahrir Al-Mal’ah, Farid Wajdi dengan Dairah Al-Ma’arif dan karangan–karangan yang lain, Syaikh Tantawi Jauhari dengan Al-Taj al-murassa ’bi Jawahir Al-Qur’an Wa Al-’Ulum, kaum intelek atasan mesir seperti Muhammad Husain Haykal dengan bukunya Hayah Muhammad; Abu Bakar dan sebagainya; Ahmad Lutfi Al-Sayyid, Ali Abd Al-Raziq, Taha Husain, dan tak boleh dilupakan Sa’ad Zaqlul, Bapak kemerdekaan Mesir.
Karangan–karangan Muhammad Abduh sendiri telah banyak diterjemahkan kedalam bahasa Turki, Urdu dan Indonesia. Di dalam Makalah ini akan membahas tentang pemikiran–pemikiran Murid dan Pengikut Muhammad Abduh yang telah di sebutkan tokoh–tokohnya diatas, Di mana ide–idenya tidak jauh dari pada pemikiran-pemikiran Muhammad Abduh.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Murid Dan Pengikut Muhammad Abduh
Yang dimaksud dengan murid–murid ialah orang–orang yang sempat bergaul dan belajar secara formal maupun informal pada seseorang secara face to face. Adapun yang dimaksud pengikut–pengikut ialah orang–orang yang tidak sempat menjadi Murid tetapi banyak di pengaruhi oleh ide–idenya.
Seperti yang sudah kita ketahui dalam pembahasan pertama bahwa Muhammad Abduh adalah seorang Tokoh dalam pembaharu dunia islam. Beliau lahir pada 1849 di suatu desa di Mesir hilir dan wafat pada tahun 1905 dan beliau trkenal sebagai pemimpin islam di zaman modern. Dan dimasa hidupnya beliau mempunyai Murid dan Pengikut yang setia kepadanya diantaranya ialah sebagai berikut :
  1. Rasyid Rida
Rayid  Rida adalah Murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Libanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Syiria), menurut ketrangan ia berasal dari keturunan Al-Husai, cucu Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu ia memakai gelar Al-Sayyid di depan namanya.
Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dimajukan Rasyid Rida, tidak banyak berbeda dengan ide-ide Muhammad Abduh dan Jamaludin Al-Afgani. Ia juga berpendapat  bahwa umat islam mundur karena tidak lagi menganut ajaran-ajaran islam yang sebenarnya. Pengertian umat islam tentang ajaran-ajaran agama salah dan perbuatan-perbuatan mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran islam yang sebenarnya ke dalam  Islam telah banyak masuk bid’ah yang merugikan bagi perkembangan dan kemajuan umat. Di antara bid’ah itu ialah pendapat bahwa dalam islam terdapat ajaran kekuatan batin yang membuat pmiliknya dapat memperoleh segala apa yang di kehendakinya, sedangkan kebahagian di akhirat dan dunia di peroleh, demikian Rasyid Rida,[1] melalui hukum alam yang di ciptakan Tuhan. Satu bid’ah lain yang mendapat tantangan keras dari Rasyid Rida ialah ajaran syekh–syekh Tarekat tentang tidak pentingnya hidup duniawi, tentang Tawakal, tentang pujaan dan kepatuhan berlebih–lebihan pada syekh dan wali. Oleh karena itu menurutnya umat harus dibawa kembali kepada ajaran islam yang sebenarnya, murni dari segala bid’ah yang mendatang itu. Islam murni itu sederhana sekali, sederhana dalam ibadah dan sederhana dalam muamalatnya.
Sebagai telah di sebut diatas , Rasyid Rida mengakui terdpatnya pagam fatalisme di kalangan umat islam. Ia sepaham dengan koleganya, Abd Al-Rahman Al- Kawakibi, bahwa salah satu dari sebab-sebab yang membawa kepada kemunduran umat islam ialah fatalisme (aqidatul jabi) itu. Dan selanjutnya salah satu sebab yang membawa masyarakat Eropa kepada kemajuan ialah paham Dinamika yang terdapat di kalangan mereka. Islam sebenarnya mengandung ajaran dinamika, orang islam di suruh bersikap aktif. Dinamika dan sikap aktif itu terkandung dalam kata jihad. Jihad dalam arti berusaha keras, dan sedia memberi pengorbanan, harta bahkan juga jiwa, untuk mencapai tujuan perjuangan. Paham jihad serupa inilah yang menyebabkan umat islam di zaman klasik dapat menguasai dunia.
Rasyid Rida, sebagai Muhammad Abduh, menghargai akal manusia, sungguh pun penghargaannya terhadap akal tidak setinggi penghargaan yang diberikan oleh gurunya. Akal dapat dipakai terhadap ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak terhadp ibadah. Ijtihad diperlukan hanya untuk soal-soal hidup kemasyarakatan. Terhadap ayat dan hadis yang mengandung arti tegas, ijtihad tidak bisa dipakai lagi, akal dapat dipergunakan terhadap Ayat dan Hadits yang tidak mengandung arti tegas dan terhadap persoalan-persoalan  yang tidak tersebut dalam Al-Qur’an dan Hadits. Disinilah terletak dinamika islam dalam paham Rasyid Rida.

  1. Qasim Amin
Qasim Amin adalah seorang ahli hukum yang belajar di prancis dan mempunyai hubungan persahabatan yang erat dengan Muhammad Abduh, sehingga beliau di katakan murid dan pengikut Muhammad Abduh karena sempat bergaul dan belajar bersama.
Di sini terdapat perbedaan antara guru dan murid, Muhammad Abduh masih terikat pada masa lampau dan memandang peradaban islam di zaman klasik sebagai contoh yang harus ditiru, sedangkan Qasim Amin telah mulai melepaskan diri dari ikatan masa lampau dan lebih banyak menoleh ke masa depan. Di sanalah terletak peradaban islam baru yang dasarnya berbeda dengan dasar peradaban islam klasik. Kalau Rasyid Rida tidak seliberal guru. Qasim Amin sebaliknya melampaui guru dalam keliberalan.
Pemikiran Qasim Amin salah satunya ialah mengenai kedudukan wanita, ide inilah yang di kupas Qasim Amin dalam bukunya Tahrir Al-Mar’ah (”Emansipasi Wanita). Menurut pendapatnya, umat islam mundur karena kaum wanita, yang di mesir merupakan setengah dari pendududk , tidak pernah memperoleh pendidikan sekolah. Pendidikan wanita perlu, bukan hanya agar mereka dapat mengatur rumah tangga dengan baik, tetapi lebih dari itu untuk dapat memberikan didikan dasar bagi anak-anak.
Ia menantang pilihan sepihak, yaitu dari pihak pria dalam soal perkawinan, menurut pendapatnya, wanita harus di beri hak yang sama dengan pria dalam memilih jodoh. Oleh karena itu ia menuntut supaya istri diberi hak cerai, sungguhpun poligami di sebut dalam Al-Qur’an ia berpendapat bahwa islam pada hakikatnya menganjurkan monogami.
Ide Qasim Amin yang banyak menimbulkan reaksi di zamannya ialah pendapat bahwa penutupan wajah wanita dan pemisahan wanita dalam pergaulan bukanlah Ajaran Islam karna tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Menurut pendapatnyapenutupan wajah dan pemisahan wanita membawa kepada kedudukan rendah dan menghambat kebebasan dan pengembangan daya-daya mereka untuk mencapai kesempurnaan.

Dari berbagai pihak berdatangan kritik dan protes terhadap ide-ide yang di kemukakan Qasim Amin itu sehingga ia melihat perlu memberi jawaban yang keluar dalam bentuk buku bernama Al-Mar’ah Al-Jadidah (”wanita modern”) dalam buku itu ia lebih kuat lagi mempertahankan kebebasan wanita.
Barat memang telah mencapai peradaban yang tinggi, dan ini di dasarkan atas kemajuan ilmu pengetahuan. Peradaban yang didirikan umat islam di zaman  klasik tidak di dasarkan atas ilmu pengetahuan yang telah berkembang, karena ilmu pengetahuan modern belum lahir di waktu itu. Menurutnya peradaban islam yang lampau itu tidak dapat lagi dipakai sebagai model, untuk kemajuan umat islam seharusnya jangan lagi menoleh ke belakang, tetapi ke depan dengan menempuh jalan yang telah di tempuh barat yaitu ilmu pengetahuan modern

3. Muhammad Farid Wajdi
            Muhammad Farid Wajdi adalah seseorang yang banyak membaca dan banyak mengarang untuk membela islam terhadap serangan-serangan dari luar, salah satu bukunya bernama Al-Madaniah Wa Al-Islam (”peradaban modern dan islam”) dan di dalamnya ia menjelaskan bahwa orang barat  menilai islam dari praktek-praktek umat islam yang berada di bawah kekuasan mereka. Dalam buku itu ia mencoba menjelaskan islam  yang senenarya, islam yang tidak bertentangan dengan peradaban modern. Menurut pendapatnya ”tidak satu pun dari dasar-dasar dan teori-teori ilmiah yang membawa kepada kemajuan umat manusia seperti, trdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits sendiri”, kenyataan ini menjadi argumen kuat untuk membuktikan kebenaran islam. Dan ia juga brpendapat bahwa islam sejati adalah yang sesuai dengan peradaban.
            Farid Wajli juga mengarang ensiklopedia yang bernama ”Dairah Al-Ma’arif Al-Qur’an Al-Isyrin dan tersusun dari sepuluh jilid. Menurut keterangan buku itu ia karang tanpa bantuan orang lain. Ensiklopedi ini banyak mengandung ide-ide modern.

4. Syaikh Tantawi Jauhari
            Syaikh Tantawi Jauhari adalah Murid Muhammad Abduh yang  menonojolkan ajarannya tentang Sunatullah. Guru banyak menyebutkn Sunatullah yang tidak berubah-ubah, hukum alam yang diciptkan tuhan dan yang harus di patuhi alam dalam peredarannya. Oleh karena itu Syaikh Tantawi Jauhari banyak menulis tentang ilmu bintang dan ilmu alam dalam buku-buku Al-Jaj Al- Murassa ’bi Jawahir Al-Qur’an Al ulum (”mahkota yang dihiasi dengan permata-mata Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan”) Jamal al-’lam (”keindahan alam”), dan Al-Nizam Wa al-’alam (”peraturan dan alam”).

5. Ahmad Lutfi Al-Sayyid
            Ahmad Lutfi Al-Sayyid, seperti Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaqlul, ia berasal dari daerah pedesaan Mesir tetapi setelah memasuki Madrasah tradisional pindah ke kairo untuk belajar pada sekolah Modern.
            Pada tahun 1889 ia meneruskan pelajaran pada Perguruan Tinggi Hukum. Di Kairo ia masuk ke dalam lingkungan teman dan murid Muhammad Abduh, ia banyak membaca  buku karangan filosof-filosof barat.
            Ide-ide Lutfi Sayyid ialah tentang ide kemerdekaan dan kebebasan. Kebebasannya ialah dalam berfikir dan kemerdekaan dalam hidup kemasyarakatan dari ikatan-ikatan politik yang berlebih-lebihan. Negara yang menjadi idamannya ialah Negara yang bercorak Liberal, sedangkan Negara yang menjadi pimpinan oleh seorang rasa yang Absolut ia tantang, karena menurut pendapatnya kemerdekaan individu erat hubungannya dengan kemerdekaan Negara. Lutfi Sayyid juga menganut paham Nasionalisme, dan Nasionalismenya ialah Nasionalisme Mesir.
6. Taha Husain
            Taha Husain berasal dari keluarga petani yang dimasa kecilnya mendapat penyakit yang membuat ia kehilangan penglihatannya. Setelah lulus dari madrasah ia melanjutkan pelajarannya di Al-Azhar. Di sinilah ia bertemu dengan ide-ide Muhammad Abduh dan murid-muridnya, terutama Lutfi Sayyid. Selanjutnya ia belajar bahasa prancis, mengikuti kuliah di Universita Kairo dan kemudian pergi ke Paris. Di sana ia belajar selama empat tahun dan kawin dengan putri prancis.
            Setelah itu pada tahun 1919 ia kembali ke Kairoh dan bekerja sebagai Dosen di Universitas Kairoh dan Universitas Alexandria. Ia banyak mengarang terutama bidang Sastra Arab. Ia berpendapat bahwa sebagian besar dari Sastra Arab Jahiliah.
Taha Husain mendapat tantangan keras dan kritik, karenaide itu menghancurkan dasar keyakinan pada keorisinilan syair jahiliah. Ia ingin supaya Mesir maju dan modernseperti Eropa. Ia berpendapat bahwa untuk itu Mesir mesti mengikuti jejak Eropa.
            Taha Husain juga menganut Paham Nasionalisne Mesir, ia beserta murid-murid Muhammad Abduh lainnya tidak melepaskan diri dari ikatan Agama.

7. Ali Abd Al-Raziq
            Ali Abd Al-Rariq adalh putra dari seorang sahabat Muhammah Abduh tetapikarena masih kecil ia tidak sempat menjadi muridnya, setelah selesai dari Al-Azhar ia meneruskan studi di Oxford.
            Persoalan di zaman Ali Abd Al-Raziq ialah  tentang khalifah yang telah di hapuskan Mustafa Kamal pada tahun 1924. Dan persoalan ini menimbulkan kehebohan  di dunia islam, karena mereka menganggap sistem Khalifah merupakn ajaran daar dan penghapusannya bertentangan dengan Ilam.
            Ali Abd Al-Raziq berpendapat lain yang ia jelaskan dalam buku ”Al-Islam Wa Al-Hukm” (islam dan ketatanegaraan), menurut pendapatnya sistem pmerintahan tidak di singgung-singgung oleh Al-Qur’an dan Hadits.
            Pendapat liberal yang dikemukakan oleh Ali Abd Al-Raziq ini mendapat kritik dan tantangan kerasdari berbagai golongan umat islam yang ada pada aktu itu, termasuk Rasyid Rida seoang murid terdekat Muhamamad Abduh yang mana beliau mempertahankan sistem khalifah dan memandang pendapat Ali Abd Al-Raziq itu akan memperlemah umat islam, selain itu juga Ali Abd Al-Raziq mendapat tantangan keras yang datang dari Al-Azhar, mereka menganggap buku itu mengandung pendapat yang bertentangan denagn ajaran islam. Sehingga Ali Abd Al-Raziq tidak dapat di akui sebagai seorang ulama, dan namanya dihapus dari daftar Al-Azhar, selanjutnya ia di pecat pula dari jabatan hakim agama yang dipegangnya.

8. Sa’ad Zaglul
            Sa’ad Zaglul seorang yang dikenal dengan Bapak kemewrdekaan Mesir. Ia adlah sama dengan Muhammad Abduh, beraal dari lingkungan desa yang belum kenal pada Sekolah Modern. Pendidikan pertamanya di Madraah tradisional dan pada tahun 1871 ia melanjutkan pelajarannya di Al-Azhar dan menjadi murid jamaludin Al-Afgani dan Muhammad Abduh, bahkan ia turut serta dan pernah ditangkap bersama gurunya pada waktu menjalankan kegitan politik.
Sa’ad Zaglul pernah bekerja sebagai Pengacara dan Hakim. Maka untuk memperdalam pengetahuannya tentang Hukum Barat ia memasuki ”Perguruan Tinggi Hukum Prancis” di Kairo, namanya mulai di kenal pada tahun 1896, ia kawin dengan Putri Perdana Menteri yang ada pada waktu itu.
Tujuan politik Sa’ad Zaglul ialah mewujudkan ide gurunya, yait membatai kekuasaan otokrasi khedewi (sultan) Mesir dan melepaskan Mesir dari kekuaaan Inggri.
Sasaran politik utama Sa’ad Zaglul bukan lagi pemerintahan  khedewi, tetapi kekuaan Inggris di Mesir. Tujuan utamanya ialah kemardekaan Mesir. Dan pada tahun 1922 Mesir memperoleh kemerdekaannya.
Paham Nasionalisme Sa’ad Zaglul sesuai dengan pendapat Al-Tahtawi dan Muhammad Abduh, mengambil tanah air sebagai dasar, yang di perjuangkan  ialh Nasionalisme Mesir dan bukan Nasionalisme Arab.
Untuk kemajuan Mesir, pembaharuan dalam pendidikan dan bidang Hukum perlu diadakan. Pendidikan Mesti terbuka bagi semua orang, termasuk fakir miskin, jumlah sekolah ia perbanyak, dan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar secara berangsur ia tukar dengan  Bahasa Arab. Dalam Bidang Politik ia dirikan ”Perguruan Tinggi Hakim Agama”. Tujuannya untu memberikan pendidikan Modern bagi calon-calon Hakim Agama. Sebagaimana gurunya, ia juga menentang pemerintahan Absolut dan ia menghendaki pemerintahan Demokrasi, yang harus beruasaha mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, baik Islam maupun non Islam.



BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Dalam dunia islam yang disebut modern dan mempunyai tujuan untuk membawa umat islam kepada kemajuan. Salah satu tokoh dari pembaharuan dalam islam ialah Muhammad Abduh. Pendapat – pendapat dan ajaran – ajarannya atas pembaharu dunia islam yang pada umumnya terutama dunia arab melalui karangan – karangan Muhammad Abduh dan melalui tulisan – tulisan murid serta pengikutnya, diantara murid dan pengikut muhammad abduh ialah :
  1. Rasyid Ridho
Pemikirannya tidak banyak berbeda dengan ide – ide Muhammad Abduh dan Jamaludin Al – Afgani, ia berpendapat bahwa umat islam mundur karna tidak lagi menganut ajaran – ajaran islam yang sebenarnya.
  1. Qosim Amin
Qosim Amin adalah seorang ahli hukum yang belajar diperancis dan mempunyai hubungan persahabatan dengan muhammad abduh, sehingga beliau dikatan murid dan pengikut muhammad abduh. Disini terdapat perbedaan antara guru dan murid, muhammad abduh masih terikat pada masa lampau, sedangkan Qosim Amin telah mulai melepaskan diri dari ikatan masa lampau dan lebih banyak ke masa depan.
  1. Muhammad Faridh Wajdi
Beliau adalah seorang banyak membaca dan mengarang untuk membela islam terhadap serangan dari luar. Diantara karangan – karangan ialah  ”Al – Madaniah Wa Al – islam ”(peradaban modern dan islam)” dan juga buku Ensiklopedia yang bernama ”Dairah Al – Ma’arif Al - Qur’an Al – Isyrim yang tersususn dari sepuluh jilid.
  1. Syaikh Tantawi Jauhari
Syaikh Tantawi Jauhari adalah murid muhammad abduh yang menonjolkan ajaran tentang sunatullah. Oleh karena itu beliau banyak menulis tentang ilmu binatang dan ilmu alam, dalam bukunya Al – Taj Al – murassa’ bi jawahir Al - Qur’an Al – ’Ulum, Jamal Al – Alam dan Al – Nizam Wa Al – ’Alam.
  1. Ahmad Lutfi Al – sayyidi
Ide – ide lutfi sayid ialah tentang ide kemerdekaan dan kebebasan, seperti muhammad abduh dan sa’ad zaglul yang menentang pemimpin yang absolut.
  1. Taha Husain
Ia berpendapat bahwa sebagian besar dari sastra arab jahiliah. Taha Husain mendapat tantangan keras dan kritik, karena ide itu menghancurkan dasar keyakinan pada keorisinilan syair jahiliah.
  1. Ali Abd Al – Raziq
Beliau adalah seorang yang tidak sempat menjadi muridnya akan tetapi beliau menganut ide – ide muhammad abduh. Beliau menganut paham liberal salah satu persoalan di zamannya ialah tentang kholifah yang mana menurutnya bukan ajaran dasar dan penghapusannya tidak bertentangan dengan islam karena sistem pemerintahan tidak disinggung oleh Al-Quran dan hadits.
  1. Saad zaglul
 Saad zaglul ialah seseorang yang dikenal dengan bapak kemerdekaan Mesir. Ia menganut paham Nasionalisme sesuai dengan pendapat Al-Tahtawi dan Muhammad Abduh, yaitu mengambil tanah air sebagai dasar. Yang diperjuangkannya ialah Nasionalisme Mesir dan bukan Nasionalisme Arab.  









KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas curahan nikmatnya penulis bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini. Dimana makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah PPMDI dalam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) AL – Khairiyah Citangkil – Cilegon. Dengan judul ”MURID DAN PENGIKUT MUHAMMAD ABDUH”. Dan dengan selesainyai penyususnan makalah ini, penyususn mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu.

Dalam penulisan makalah ini disadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan terutama dalam bidang isi dan sistematika penulisannya. Untuk itu tegur sapa dan koreksi serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cilegon, Oktober 2009



          Penyusun









i
 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................   i
DAFTAR ISI ..............................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................   1
A.    Latar Belakang Makalah ...............................................................   1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................   2
A.    Murid Dan Pengikut Muhammad Abduh ....................................   2
1.      Rasyid Ridho ...................................................................   2
2.      Qosim Amin .....................................................................   4
3.      Muhammad Farid Wajdi ..................................................   5
4.      Syekh Tantawi Jauhari .....................................................   5
5.      Ahmad Lutfi Sayyid ........................................................   6
6.      Taha Husain .....................................................................   6
7.      Ali Abd AL – Raziq ........................................................   7
8.      Saad Zaglul ......................................................................   8
BAB III PENUTUP ...................................................................................   9
A.    Kesimpulan ...............................................................................   9
DAFTAR PUSTAKA
           









ii
 
 


     1. Dr. I.A. al- ‘adwi, Rasyid Rida, Al – Imann  Al – Mujahid (Kairo : Maktabah Miss, t.t) , Hal, 154
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar